Etiologi
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritropoisis, seperti : asam folat, vitamin b12 dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tulang tertekan(oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoitin. Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan.
Klasifikasi Anemia
A. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yag disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
- Etiologi
- Asupan besi yang kurang pada jeniis makanan Fe non-heme, muntah berulang pada bayi, dan pemberian makanan tambahan yang tidak sempurna
- Malabsorbsi pada enteritis dan proses malnutrisi (PEM)
- Kehilangan atau pengeluaran besi berlebihan pada perdarahan saluran cerna kronis seperti pada diventrikulum Meckel, poliposis usus, alergi susu sapi, dan infestasi cacing
- Kebutuhan besi yang meningkat oleh karena pertumbuhan yang cepat pada bayi dan anak, infeksi akut berulang, dan infeksi menahun
- Depo besi yang kurang seperti pada berat badan lahir rendah, kembar
- Kombinasi dari etiologi di atas
- Faktor Predisposisi
- Status hematologic wanita hamil
- Berat badan lahir rendah
- Partus , dimana terjadi kelahiran abnormal dan pengikatan tali pusar terlalu dini
- Pemberian makanan yang tidak adekuat karena ketidaktahuan ibu, perilaku pemberian makan, keadaan social, jenis makanan
- Infeksi menahun dan infeksi akut berlangsung
- Infestasi parasit, seperti ankilostoma, trichuris trichiura, dan amuba
- Manifestasi Klinis
- Pengobatan kausal
- Makanan yang adekuat
- Pemberian preparat besi (sulfas perosus) 3 x 10 mg/ kg BB perhari
- Tranfusi darah diberikan bila Hb kurang 5 gr/dl dan disertai dengan keadaan buruk
Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, mudah lelah, pucat, sakit kepala, atau iritabel. Pucat terlihat pada mokusa bibir, faring, telapak tangan, dasar kuku, dan konjungtiva. Papil lidah atrofi, jantung agak membesar. Tidak ada pembesaran limpa dan hati, serta tidak terdapat iastesis hemoragik.
Pemeriksaan Penunjang
Kadar hemoglobin kurang dari 10g/dl, mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target, serum iron (SI) rendah, dan Iron Binding Capasity (IBC) meningkat.
Hasil pemeriksaan sumsum tulang sistem eritropoitek hiperaktif dengan sel normoblas poikromatofil yang predominan.
Diagnosis
Ditegakkan atas dasar ditemukannyapenyebab defisiensi besi dari anamnesis dan secara klinis didapatkan pucat tanpa organomegali, gambaran erirosit mikrositik hipokrom, Si rendah, dan IBC meningkat, tidak terdapat besi dalam sumsum tulang, dan bereaksi baik terhadap pengobatan dengan preparat besi.
Penatalaksanaan
Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel hematopoitik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit akibat terhentinya pembentukan sel hemopoitik dalam sumsum tulang.
Etiologi
- Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosepali, strabismus, anomaly jari, kelainan ginjal, dsb.
- Faktor didapat : bahan kimia (benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb, ), obat, radiasi, faktor individu, infeksi, keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin dan idiopatik.
Manifestasi Klinis
Pucat, lemah, perdarahan, demam, tanpa organomegali.
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran darah tepimenunjukkan transitopenia dan limpositosis relative. Dari pemeriksaan sumsum tulang didapatkan yaitu gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan jaringan lemak, aplasia sistem eritopoitik, granulopoitik, dan trombopoitik.
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan sumsum tulang.
Diagnosis Banding
Purpura trombositopenia idiopatik (PTI). Autoimun trombositopenia purpura (ATP), leukemia akut aleukemik, leukemia akut stadium praleukemik.
Penatalaksanaan
- Medikamentosa : kombinasi prednisone (2-5mg/kg berat badan perhari peroral) dan testosterone (1-2 mg/kg BB perhari parenteral) memberikan angka mortalitas 40 – 50 % sedangakan angka ini dengan pemberian kombinasi prednisone denagn oksimetolon (1 – 2 mg/kg BB perhari peroral) adalah 30 – 40 %.
- Tranfusi darah hanya diberikan bila diperlukan karena tranfusi darah yang terlampau sering dapat menekan sumsum tulang atau menyebabkan timbulnya reaksi hemolitik.
- Pengobatan infeksi sekunder : sebaiknya anak diisolasi dalam ruang suci hama, pilih antibiotic yang tidak mendepresi sumsum tulang.
- Makanan : disesuaikan dengan keadaan anak, umumnya diberikan makanan lunak
- Istirahat : untuk mencegah pendarahan, terutama perdarahan otak
- Menghindari bahan kimia yang diduga sebagai penyebab.
Prognosis
Prognosis yang lebih baik ditunjukkan oleh kadar HbF yang lebih dari 200mg%, jumlah granulosit lebih dari 2000/mm3, dan pencegahan infeksi sekunder yang baik. Gambaran sumsum tulang yang hiposeluler memberikan prognosis yang lebih baik dibandingkan yang aseluler.
Asuhan Keperawatan Anemia
Pengkajian
- Aktivitas / Istirahat
- Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
- Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
- Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
- Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan keletihan
- Sirkulasi
- Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
- Palpitasi (takikardia kompensasi)
- Hipotensi postural
- Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T
- Bunyi jantung murmur sistolik
- Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
- Sclera biru atau putih seperti mutiara
- Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi kompensasi)
- Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
- Rambut kering, mudah putus, menipis
- Eliminasi
- Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunan haluaran urine
- Distensi abdomen
- Makanan / cairan
- Penurunan masukan diet
- Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
- Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
- Adanya penurunan berat badan
- Membrane mukusa kering,pucat
- Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
- Stomatitis
- Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
- Neurosensori
- Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
- Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
- Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
- Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
- Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
- Hemoragis retina
- Epistaksis
- Gangguan koordinasi, ataksia
- Nyeri/kenyamanan
- Nyeri abdomen samar, sakit kepala
- Pernapasan
- Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
- Takipnea, ortopnea dan dispnea
Diagnosa Keperawatan
Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan perfusi yang adekuat
Kriteria Hasil :
- Tanda-tanda vital stabil
- Membran mukosa berwarna merah muda
- Pengisian kapiler
- Haluaran urine adekuat
Intervensi | Rasional |
Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku | memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan intervensi. |
Auskultasi bunyi napas | dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama/peningkatan kopensasi curah jantung. |
Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi | iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark. |
Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung | mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia |
Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat. | vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer |
Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap | mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi. |
Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi | meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan |
Berikan oksigen sesuai indikasi | memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan |
Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi. | transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik. |
Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan berat badan yang stabil
Kriteria Hasil :
- Asupan nutrisi adekuat
- Berat badan normal
- Nilai laboratorium dalam batas normal Albumin : 4 – 5,8 g/dL
- Hb : 11 – 16 g/dL
- Ht : 31 – 43 %
- Trombosit : 150.000 – 400.000 µL
- Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012
Intervensi | Rasional |
Observasi dan catat masukan makanan anak | mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan |
Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering | makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi |
Observasi mual / muntah, flatus. | gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ |
Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan yang lembut | meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh / luak / perdarahan. |
Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin | mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan |
Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi | bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak. |
Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal | meningkatkan masukan protein dan kalori. |
Diagnosa Keperawatan
Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan pola defekasi yang normal.
Kriteria Hasil :
- Frekuensi defekasi 1x setiap hari
- Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah
- Bising usus dalam batas normal
Intervensi | Rasional |
Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah. | membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan intervensi yang tepat |
Auskultasi bunyi usus. | bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. |
Hindari makanan yang menghasilkan gas. | menurunkan distensi abdomen |
Berikan diet tinggi serat | serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestina |
Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi. | mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi |
Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis Metamucil. | menurunkan motilitas usus bila diare terjadi |
Diagnosa Keperawatan
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria Hasil :
- Tanda – tanda vital dalam batas normal
- Anak bermain dan istirahat dengan tenang
- Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
- Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan
Intervensi | Rasional |
Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam | manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. |
Observasi adanya tanda – tanda keletihan : takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang – kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang | membantu menetukan intervensi yang tepat |
Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak. | mencegah kelelahan |
Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak | meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri |
Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- Tanda – tanda vital dalam batas normal
- Leukosit dalam batas normal
- Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak
Intervensi | Rasional |
Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam | demam mengindikasikan terjadinya infeksi. |
Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung | mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak. |
Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan. | mencegah infeksi nosokomial |
Observasi hasil pemeriksaan leukosit. | lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi |
Evaluasi Keperawatan
- Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
- Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil
- Menunjukkan pola defekasi normal
- Mengalami peningkatan toleransi aktivitas
- Infeksi tidak terjadi