Rabu, 07 Desember 2011

AsKep Hematologi (All In One)



Daftar Isi

   Bab I : SISTEM HEMATOLOGI                                                                              2
   Bab II : AsKep ANAK DENGAN HEMOFILIA A                                                  4
   Bab III :  AsKep ANAK DGN ANEMIA SEL SABIT                                              9
   BAB IV : AsKep ANAK DENGAN LEUKEMIA                                                   12
   BAB V : AsKep ANAK DENGAN TALASEMIA                                                  18
   BAB VI : AsKep ANAK DGN ANEMIA APLASTIK                                            20
   BAB VIIAsKep ANAK DENGAN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIK PURPURA                        26
   Daftar Pustaka                                                             30




BAB I
SISTEM HEMATOLOGI
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah.

Cabang

Hematologi secara umum dibagi atas 3 bagian kecil menurut jenis dan grup sel darah yang dipelajari.
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 – 8 % dari berat badan total. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport karena darah mengalir ke seluruh tubuh kita dan berhubungan langsung dengan sel-sel dalam tubuh kita

a. Fungsi darah

1. Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.

2. Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus ke seluruh tubuh.

3. Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.

4. Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung lekosit, antibodi dan substansi protektif lainnya.

5. Mengangkut ekskresi hormon dari organ yang satu ke organ lainnya.

6. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.

7. Mengatur suhu tubuh.

8. Mengatur keseimbangan tekanan osmotik.

9. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.

10. Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh

b. Komponen darah

1. Bagian korpuskuli (elemen seluler)

a). ErItrosit (sel darah merah)

Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa adalah lima juta/μl darah sedangkan pada wanita empat juta/μl darah. Berbentuk bikonkaf, warna merah disebabkan oleh adanya Hemoglobin. Dihasilkan oleh limpa, hati dan sum-sum tulang pada tulang pipih. Berusia sekitar 120 hari, sel yang telah tua dihancurkan di hati dan dirombak menjadi pigmen bilirubin (Pigmen empedu). Fungsi primernya adalah mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.

Morfologi Mikroskopis Eritrosit dengan Pembesaran objektif 100 kali

b). Lekosit (sel darah putih)

Jumlah sel pada orang dewasa 6000 – 9000 sel/μl darah. Diproduksi di sum-sum tulang, limpa dan kelenjar limfe.

Terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

1). Granulosit : Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki granula. Terdiri dari :

(a). Eosinofil: Mengandung granula berwarna merah dan berperan pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing)

(b). Basofil : Mengandung granula berwarna biru dan berperan pada reaksi alergi

(c). Netrofil (Batang dan Segmen) : Disebut juga sel Poly Morpho Nuclear dan berfungsi sebagai fagosit

2). Agranulosit : Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula. Terdiri dari :

(a). Limfosit : Berfungsi sebagai sel kekebalan tubuh, yaitu

· Limfosit T : Berperan sebagai imunitas seluler

· Limfosit B : Berperan sebagai imunitas humoral

(b). Monosit : Lekosit dengan ukuran paling besar

Fungsi lekosit ada dua, yaitu :

1. Fungsi defensip yaitu fungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benda-benda asing termasuk mikroorganisme penyebab infeksi.

2. Fungsi reparatif yaitu fungsi yang memperbaiki / mencegah terjadinya kerusakan terutama kerusakan vaskuler / pembuluh darah.


c). Trombosit (keping darah / sel darah pembeku)

Jumlah pada orang dewasa 200.000 – 500.000 sel/μl darah. Bentuknya tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Diproduksi pada sum-sum tulang dan berperan dalam proses pembekuan darah.


2. Bagian cair (plasma / serum)

a). Plasma adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara memutar sejumlah darah yang sebelumnya ditambah dengan antikoagulan.

b). Serum adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara memutar sejumlah darah yang dibiarkan membeku tanpa penambahan antikoagulan.














BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HEMOFILIA A

Hemophilia adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius, berhubungan dengan defisiensi faktor VIII, IX, XI biasanya hanya terdapat pada anak laki-laki, terpaut kromosom X dan bersifat resesif.
Hemophilia A adalah hemophilia klasik dan  terjadi karena defisiensi faktor VIII.
Pengkajian                                                       
Hematologis
·         Hemoragi dan pendarahan yang lama
·         Memar superficial
·         Splenomegali
Genitourinaria
·         Hematuria Spontan
Muskuloskeletal
·         Nyeri dengan gejala pendarahan otot profunda (nyeri, tegang pada area yang terkena, ROM terbatas), peningkatan suhu serta edema pada tempat pendarahan.
·         Tanda dan gejala hemartrosis (nyeri, ROM terbatas, dan pengngkatan suhu, serta edema pada tempat pendarahan)
Mata, Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
·         Epistaksis
·         Gusi berdarah
Diagnosis Keperawatan
Resiko cedera (hemoragi) yang berhubungan dengan penyakit
Hasil yang Diharapkan  
Perdarahan pada anak berhenti yang ditandai oleh tidak terlihatnya perdarahan, lingkar area perdarahan tidak bertambah, rasa nyeri tidak meningkat, tanda vital sesuai, kadar faktor VIII meningkat dan penurunan waktu tromboplastin parsial.
Intervensi
Intervensi
Rasional
1.          Beri tekanan langsung pada tempat pendarahan selama sekurang-kurangnya 15 menit
Tekanan langsung pada tempat pendarahan dapat meningkatkan pembentukan bekuan
2.         pertahankan agar area terjadinya pendarahan tidak bergerak (imobilisasi)
Imobilisasi mengurangi aliran darah ke area pendarahan dan mencegah bekuan keluar
3.         Tinggikan area pendarahan di atas tinggi jantung selama 12-24 jam
Meninggikan area pendarahan mengurangi aliran darah ke tempat pendarahan dan meningkatkan pembentukan bekuan
4.         Kompres area yang terkena dengan es
Es mempercepat vasokontriksi
5.         Beri kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII (faktor antihemofilik)sesuai yang diprogramkan. Diizinkan orang tua atau anak memberi obat tersebut jika menginginkannya, dan juga mengetahui cara pemberiannya. Apabila mereka membutuhkan pendidikan, ajarlan mereka cara menginsersi slang intravena, persiapkan lokasi kulit, juga cara memfiksasi perangkat intravena, mempersiapkan campuran larutan dan mulai pasang infuse.
Pemberian kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII melengkapi pembentukan bekuan. Meminta orang tua atau anak memberi obat tersebut, memungkinkan mereka mempraktikkan teknik tersebut untuk penggunaan di rumah.
6.         Pantau tanda vital anak, perjatikan setiap tanda bradikardia, takikardia, penurunan tekanan darah, peningkatan prekuensi nafas, atau peningkatan suhu. Laporkan setiap tanda ini dengan segera kepada dokter
Tanda ini mengindikasikan komplikasi yang potensial, termasuk hipopolemia sekunder akibat pendarahan dan beban sirkulasi yang berlebihan atau reaksi tranfusi akibat pemberian kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII
7.         Ukur lingkaran area pendarahan, beri tanda pada kulit untuk memastikan pengukuran yang konsisten. Ukur kembali area tersebut selama 8 jam, mengguanakan alat ukur yang sama.
Setiap penambahan panjang keliling lingkaran pengindikasikan pendarahan berlanjut sehingga tempat pendarahan harus diimobilisasi dan kompres es batu perlu dilakukan. Menandai kulit dan menggunakan alat pengukur yang sama setiap kali pengukuran memastikan konsistensi.
8.         Pantau faktor VIII anak dan kadar PTT(waktu tromboplastin parsial) sekurang-kurangnya satu kali sehari. Laporkan kelainan kepada dokter.
Pantau nilai-nilai labolatorium ini membantu menentukan status pembekuan anak dan kebutuhan intervensi lebih lanjut
9.         Beri asam aminokaproat (amicar) sesuai program jika anak direncanakan untuk pembedahan
Obat ini mengahmbat dekstruksi pembekuan
10.     Ikuti pedoman The centers for disease control and prevention untuk menangani darah dan cairan tubuh  
Penderita hemophilia berisiko tinggi mengalami sindrom imunodefisiensi didapat akibat penggunaan obat intravena dan produk darah
11.     Beri obat lain, misanya kortikosteroid dan asetat desmopresin (DDAVP) sesuai program
Kortikosteroid mengurangi peradangan ; asetat desmopresin menstimulasi aktivitas faktor VIII pada kasus hemufilia A ringan

Diagnosis Keperawatan
            Nyeri yang berhubungan dengan pendarahan dan pembengkakan
Hasil yang Diharapkan
            Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri yang ditandai oleh ekspresi wajah relaks, ekspresi rasa nyaman, mampu tertidur dan tidak ada kebutuhan obat analgesic

Intervensi
Intervensi
Rasional
1.         Kaji tingkat nyeri anak dengan n menggunakan alat pengkajian nyeri
Pengkajian memberi data yang samngat penting bertujuan untuk menentukan keefektifan intervensi untuk pengendalian rasa nyeri, dan untuk memantau status pendarahan anak karena nyeri yang konsisten atau meningkat, dapat mengindikasikan pendarahan berlanjut.
2.         Beri obat analgesic sesuai program
Obat analgesic dapat meredakan rasa nyeri
                                 
Diagnosis Keperawatan
              Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan penurunan ROM akibat pendarahan dan pembengkakan.
Hasil yang Diharapkan
Anak mampu mencapai ROM maksimum pada sendi yang terkena ditandai oleh kemampuan melakukan latihan yang diprogramkan.
Intervensi
Intervensi
Rasional
1.         Anjurkan anak untuk melakukan latihan isometric, sesuai program
Latihan isometric dapat mempertahankan kekuatan otot dengan cara menegangkan otot-otot tanpa menggerakkan sendi
2.         Konsultasi dengan ahli terapi fisik tentang kebutuhan alat-alat pendukung, misalnya alat penopang tentang upaya mengembangkan program latihan ROM pasif dan aktif
Alat-alat penopang membantu mempertahankan posisi fungsional dari otot dan sendi, serta mencegah dan mengurangi tingkat depormitas fisik. Latihan ROM aktif dan fasif akan meningkatkan tonis dan kekuatan otot sekitar sendi, serta membantu mencegah atrofi dan ketidak mampuan otot
3.         Kaji kebutuhan anak untuk mengobati nyeri, sebelum memulai setiap sesi tindakan
Memberi obat analgesic sebelum latihan, dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama

Diagnosis Keperawatan
              Resiko cedera yang berhubungan dengan rawat inap atau prosedur dirumah sakit (atau keduanya)
Hasil yang Diharapkan
              Anak yang menderita cedera akibat rawat inap atau prosedur yang diterapkan dirumah sakit yang ditandai oleh tidak ada hematoma, memar dan hemoragi serta kemampuan mempertahankan ROM total
Intervensi
Intervensi
Rasional
1.      Beri bantalan pada sisi pengaman tempat tidur jika diperlukan
Memberi pengaman tempat tidur mengurangi risiko cedera, misanya memar yang mungkin terjadi akibat terantuk tanpa sengaja
2.      Pastikan anak menggunakan setiap peralatan protektif (misalnya pelindung kepala terbuat dari plastic dan bantalan siku serta lutut yang dibawa dari rumah. Juga pastikan ia menggunakan sikat gigi berbulu lunak untuk membersihkan giginya.
Menggunakan peralatan protektif membantumengurangi resiko cedera akibat jatuh yang disebabkan oleh kecelakaan atau permainan yang rutin dilakukan. Sikat gigi berbulu lunak memiliki kemungkinan lebih kecil mencederai pada gusi
3.      Ketika mengumpulkan specimen darah, lakukan pengambilan darah dijari dari pada melalui fungsi vena jika memungkinkan. Ketika memberikan injeksi, gunakan rute subkutan (SC) bukan intramuscular (IM) jika memungkinkan. Setelah itu, beri tekanan pada area tersebut sekurang-kurangnya 5 menit
Mengambil darah dengan cara menusuk jari, bukan melalui fungsi vena mengurangi resiko kehilangan darah yang berlebihan, karena diameter kapiler lebih kecil dari pada vena dan berisi lebih sedikit darah. Rute subkutan membutuhkan jarum berukuran lebih kecil sehingga mengurangi resiko pengeluran darah dari tempat fungsi yang lebih besar. Juga jaringan subkutan mengandung lebih sedikit pembuluh darah daripada otot.
4.      Setelah setiap pendarahan, imobilisasi artea pandarahan ; kemudian tinggikan area tersebut di atas tingkat jantung, selama 12 – 24 jam dan kompres area tersebut dengan es
Tindakan imobilisasi dan tinggikan tingkat pendarahan sampai diatas tinggi jantung dapat mengurangi aliran darah ke area pendarahan dan mencegah keluarnya bekuan darah. Es mempercepat vasokontriksi dan mengurangi rasa nyeri
5.      Inspeksi mainan anak untuk melihat bila ada tepi yang tajam
Mainan bertepi tajam dapat melaserasi atau menusuk kulit anak











BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA SEL SABIT

Pengkajian
            Hematologis :Anemi, Pembesaran limfa
Kardiovaskular :Murmur
Neurologis :Nyeri, Kebas pada jari dan ibu jari, Kecemasan, Stroke (cerebrovaskular accident)
Gastrointestinal :Nyeri abdomen (pada anak usia sekolah), Haus, Muntah
Hepatic : Pembesaran hati, Sirosis
Genitourinaria :Sering berkemih ;Penurunan konsentrasi urin;Enuresis; Hematuria
Musculoskeletal :Kelemahan otot;Sendi edema
Psikososial :Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
Integument :Ikterik ; Peningkatan suhu

Diagnosis keperawatan
            Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan obstruksi pembuluh darah sekunder akibat proses pembentukan sabit pada sel darah merah.
Hasil yang diharapkan
            Anak memiliki perfusi jaringan yang adekuat yang ditandai oleh ekstermitas hangat, dan tekanan darah stabil.
Intervensi
Intervensi
Rasional
1.      Anjurkan anak menjalani tirah baring total selama fase akut penyakit (krisis nyeri)
Tirah baring diperlukan karena latihan dapat meningkatkan metabolisme selular, menyebabkan hipoksia jaringan dan meningkatkan pembentukan sel sabit 
2.      Lakukan latihan ROM setian 4-6 jam, atau lakukan aktifitas lain sesuai usia, yang dapat dilakukan anak diatas tempat tidur, misalnya latihan isometric
Latihan ROM fasif dan isometric meningkatkan mobilisasi tenpa menekan sendi dan menyebabkan nyeri
3.      Hindari atau batasi aktifitas atau situasi yang dapat menyebabkan stress emosional pada anak
Stress emosional meningkatkan metabolism sel sehingga menyebabkan hipoksia jaringan dan peningkatan pembentukan sabit. Adrenalin yang dilepas selama stress akan membuat pwmbuluh darah semakin berkontriksi
4.      Kordinasi aktivitas pemberian perawatan yang memungkinkan anak dapat beristirahat dan tidur tanpa terganggu
Anak membutuhkan istirahat serta tidur yang cukup selama fase akut penyakit

Diagnosis Keperawatan
            Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urine.
Hasil yang diharapkan
            Anak dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat yang ditandai oleh haluan urine 1-2ml/kg/jam, membran mokusa lembab, rasa haus berkurang, berat badan stabil, kadar elektrolit serum sesuai usia, dan fontanel datar (pada bayi).
Intervensi
Intervensi
Rasional
1.         Anjurkan anak untuk minum air selama 2 jam sampai mencatat jumlah total harian 150ml/kg berat badan
Hidrasi yang adekuat mencegah pembentukan sabit SDM
2.         Pantau asupan dan haluan cairan anak dengan cermat, termasuk pemberian cairan intravena
Pemantauan yang cermat memungkinkan pengkajian keseimbangan cairan anak, penting untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan mendeteksi hemodilusi serta beban sirkulasi yang berlebih
3.         Timbang berat badan anak setiap hari
Menimbang berat badan ank setiap hari adalah pengukuran paling akurat untuk mengukur status hidrasi anak
4.         Pantau anak setiap 2-4 jam untuk melihat tanda-tanda dehidrasi, temasuk kulit kering, turgor kulit buruk, dan penurunan haluaran urine. Beri cairan sesuai kebutuhan, pertahankan hidrasi anak bertambah sebanyak 50% di atas kebutuhan dasar
Dehidrasi merupakan penyebab umum pembentukan sabit. Keadaaan ini membutuhkan penggantian cairan sehingga dapat mempertahankan anak mendapat hidrasi yang cukup dan akhirnya mencegah pembentukan sabit
5.         Pantau nilai labolatorium untuk nilai pH, hematokrit, hemoglobin, tekanan karbon dioksida parsial, serta tekanan oksigen parsial.
Ketidakseimbangan asam basa dapat mengindikasikan bahwa anak mengalami dehidrasi
6.      Pastikan anak tidak memakai pakaian yang terlalu hangat
Mengenakan pakaian yang terlalu hangat dapat membuat anak panas berlebihan yang menyebabkan kehilangan cairan

Diagnosis Keperawatan
            Nyeri yang berhubungan dengan oklusi vascular dan hipoksia jaringan
Hasil yang diharapkan
Anak tidak menunjukkan gejala nyeri yang ditandai oleh ekspresi nyeri berkurang, periode tidur nyenyak, dan ekspresi wajah relaks
Intervensi
Intervensi
Rasional
1.      Kaji kebutuhan anak untukpemberian obat analgesic setiap 3-4 jam. Pantau bila ada kegelisahan, ekspresi wajah tegang, nafsu makan berkurang, menangis ketika disentuh dan mendengkur
Pengkajian yang sering memungkinkan perawat menentukan derajat dan tipe nyeri serta kebutuhan medikasi anak
2.      Beri obat anagesik dan narkotik sesuai program dan ajarkan anak tindakan pengendalian rasa nyeri melalui nonfarmakologis. Evaluasi respon anak terhadap upaya mengontrol nyeri
Nyeri yang timbul akibat anemia sel sabit dapat sulit ditangani. Dokter mungkin harus mencoba beberapa tipe obat anlgesik dan narkotik untuk mencapai respon yang diinginkan; tindakan pengendalian nyeri nonfarmakologis dapat memperbesar upaya kontol dari analgesik
3.      Lakuakn kompres hangat pada area yang terkena setiap tiga hingga empat jam
Panas dapat menyebabkan vasodilatasi yang memungkinkan sel berbentuk sabit bergerak menembus area yang tersumbat sehingga meningkatkan rasa nyaman
4.      Pertahankan anak dalam posisi yang nyaman, dengan cara sendi yang ditopang sejajar dengan seluruh badan. Pegang ekstermitas dengan lembut dan hindari menabrak atau mengentak tempat tidur
Pengaturan posisi yang benar meningkatkan rasa nyaman pada sendi yang terasa nyeri

Diagnosis Keperawatan
Resiko infeksi yang berhubungan dengan pembentukan sabit pada sel dan infark splenik.
Hasil yang diharapkan
Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi yang ditandai oleh suhu tubuh kurang dari 37,8ºC tidak ada batuk dan sel darah putih sesuai usia
Intervensi
Intervensi
Rasional
1.      Isolasi anak dari seluruh sumber infeksi yang diketahui
Anak rentan terhadap infeksi karena ketidak mampuan limpa untuk menyaring bakteri sebagai akibat infark
2.      Pantau suhu tubuh anak setiap 4 jam
Peningkatan suhu meningkatkan infeksi
3.      Periksa catatan imunisasi anak dan berikan vaksinasi, sesuai program
Anak dengan anemia sel sabit dapat mengalami peningkatan kerantanan yang khas terhadap infeksi Pneumococcus dan Haemophilus influenza,  yang harus menerima imunisasi yang dijadwalkan.
4.      Beri antibiotic sesuai program
Melawan dan mencegah infeksi
5.      Sediakan diet tinggi kalori, tinggi protein,. Pemberian makanan sedikit tapi sering
Membantu anak melawan infeksi dan membantu pertumbuhan dan perkembangan.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang.
  Etiologi
Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:
1.      Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2.      Faktor endogen seperti ras
3.      Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Pengkajian
1.      Kaji adanya tanda-tanda anemia :
- Pucat, lemah, sesak, nafas cepat
2.      Kaji adanya tanda-tanda leucopenia : demam, infeksi
3.      Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
- Ptechiae
- Purpura
- Perdarahan membran mukosa
4.      Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
- Limfadenopati
- Hepatomegali
- Splenomegali
5.      Kaji adanya pembesaran testis
6.      Kaji adanya :
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
4).Inflamasi disekitar rektal
5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi:
Intervensi
Rasional
1.      Pantau suhu dengan teliti
untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2.      Tempatkan anak dalam ruangan khusus
untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
3.      Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4.      Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5.      Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
untuk intervensi dini penanganan infeksi

6.      Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7.      Berikan periode istirahat tanpa gangguan
menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8.      Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9.      Berikan antibiotik sesuai ketentuan
diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

Diagnosis Keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi:
Intervensi
Rasional
1.      Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2.      Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3.      Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
4.      Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

Diagnosis Keperawatan
Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan: klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi:
Intervensi
Rasional
1.      Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
2.      Cegah ulserasi oral dan rectal
kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3.      Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
untuk mencegah perdarahan
4.      Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
untuk mencegah perdarahan
5.      Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat
untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6.      Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7.      Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
untuk mencegah perdarahan

Diagnosis Keperawatan
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan:  -    Tidak terjadi kekurangan volume cairan
-          Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi:
Intervensi
Rasional
1.      Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
untuk mencegah mual dan muntah
2.      Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
untuk mencegah episode berulang
3.      Kaji respon anak terhadap anti emetik

karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4.      Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5.      Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6.      Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
untuk mempertahankan hidrasi

Diagnosis Keperawatan
Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan: pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi:
Intervensi
Rasional
1.      Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
untuk mendapatkan tindakan yang segera
2.      Hindari mengukur suhu oral
untuk mencegah trauma
3.      Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
untuk menghindari trauma
4.      Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
untuk menuingkatkan penyembuhan
5.      Gunakan pelembab bibir
untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6.      Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7.      Berikan diet cair, lembut dan lunak
agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
8.      Inspeksi mulut setiap hari
untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9.      Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
untuk membantu melewati area nyeri
10.  Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11.  Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12.  Berikan analgetik
untuk mengendalikan nyeri

Diagnosis Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
Intervensi
Rasional
1.      Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2.      Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
untuk mempertahankan nutrisi yang optimal

3.      Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4.      Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
untuk mendorong agar anak mau makan
5.      Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
6.      Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7.      Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal

Diagnosis Keperawatan
Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
Intervensi
Intervensi
Rasional
1.      Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2.      Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
untuk meminimalkan rasa tidak aman
3.      Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4.      Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
sebagai analgetik tambahan
5.      Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
untuk mencegah kambuhnya nyeri

Diagnosis keperawatan
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas
Tujuan : pasien meimpertahankan integritas kulit
Intervensi
Intervensi
Rasional
a.       Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
karena area ini cenderung mengalami ulserasi
b.      Ubah posisi dengan sering
untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
c.       Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
d.      Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
e.       Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
membantu mencegah friksi atau trauma kulit
f.       Dorong masukan kalori protein yang adekuat
untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative


BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA

Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin (medicastore, 2004).
Penyebabnya adalah Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan secara resesif dari kedua orang tua.

Klasifikasi
Secara molekuler, talasemia dibedakan atas:
1.      Talasemia alfa (gangguan pembentukan rantai alfa)
2.      Talasemia beta ( gangguan pembentukan rantai beta)
3.      Talasemia beta-delta (gangguan pembentukan rantai beta dan delta)
4.      talasemia delta (gangguan pembentukan rantai delta).

Secara kinis, talasemia dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1.      Talasemia mayor (bentuk homozigot), memiliki 2 gen cacat, memberikan gejala klinis yang jelas.
2.      Talasemia minor, dimana seseorang memiliki 1 gen cacat dan biasanya tidak memberikan gejalaklinis

Manifestasi Klinik

Pada talasemia mayor, terjadi anemia berat tipe mikrositik dengan pembesaran pada hati dan limpa. Muka mongoloid, pertumbuhan badan kurang sempurna (pendek), perubahan pada tulang karena hiperaktifitas sumsum merah berupa deformitas dan fraktur spontan (terutama tulang panjang). Dapat pula mengakibatkan pertumbuhan berlebihan tulang frontal, zigomatik dan maksilaris. Pertumbuhan gigi biasanya buruk. IQ kurang baik apabila tidak mendapat tranfusi darah secara teratur dan menaikan kadar Hb. Anemia biasanya mulai muncul pada usia 3 bulan dan jelas pada usia 2 tahun.
Gejala lain pada penderita thalassemia adalah jantung mudah berdebar-debar. Hal ini karena tugas hemoglobin membawa oksigen ke seluruhtubuh. Pada thalassemia, karena oksigen yang dibawa hemoglobin kurang, maka jantung juga akan berusaha bekerja lebih keras, sehingga jantung penderita akan mudah berdebar-debar. Lama kelamaan, jantung akan bekerja lebih keras, sehingga cepat lelah. Akibatnya terjadi lemah jantung. "Limpa penderita juga bisa menjadi besar, karena penghancuran darah merah terjadi di sana." Selain itu, sumsum tulang juga bekerja lebih keras, karena berusaha mengkompensir kekurangan hemoglobin. Akibatnya, tulang menjadi tipis dan rapuh. Jika kerusakan tulang terjadi pada tulang muka, misalnya, pada tulang hidung, maka bentuk muka pun akan berubah. Batang hidung menjadi hilang/melesak ke dalam (facies cooley). "Ini merupakan salah satu tanda khas penderita thalassemia."

Prognosis

Thalasemia beta homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberian chelating agent untuk mengurangi hemosiderosis (harga mahal). Di negara maju dengan fasilitas tranfusi yang cukup dan perawatan dengan chelating agents yang baik, usia dapat mencapai dekade ke-5 dan kualitas hidup yang lebih baik.

Penatalaksanaan
                                                                                    
Pemberian tranfusi darah berupa sel darah merah diberikan jika kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl. Kadar setinggi ini akan mengurangi kegiatan hemopoesis yang berlebihan dalam sumsum tulang dan juga mengurangi absorsi Fe dari traktus digestivus. Sebaiknya darah tranfusi tersimpan kurang dari 7 hari dan mengandung leukosit serendah-rendahnya.

Pemberian tranfusi darah berupa sel darah merah diberikan jika kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl..

Pemeriksaan Penunjang

Pada talasemia mayor:
Darah tepi di dapatkan gambaran hipokrom mikrositik, anisositosis, poikilositosis dan aanya sel target; jumlah retikulosit meningkat serta adanya sel seri eritrosit muda (normoblas). Hb rendah, resistensi osmotik patologis. Nilai eritrosit rata-rata (MC), volume eritrosit rata-rata (VER/MCV), hemoglobin eritrosit rata-rata (HER/MCH) dan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER/MCMC) menurun. Jumlah leukosit normal atau meningkat. Kadar besi dalam serum normal atau meningkat. Kadar bilirubin dalam serum meningkat. SGOT dan SGPT dapat meningkat karena kerusakan parenkim hati oleh hemosiderosis.

Pada thalasemia minor:
Kadar Hb bervariasi. Gambaran darah tepi dapat menyerupai thalasemia mayor atau hanya sebagian. Nilai VER dan HER biasanya menurun, sedangkan KHER biasanya normal. Resistensi osmotik meningkat.



BAB VI
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA APLASTIK

Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)
Etiologi
a.       Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b.      Faktor didapat
-          Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
-          Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
-          Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
-          Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain – lain.
-          Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.
-          Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik. (Mansjoer.2005.Hal:494)
Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
·         Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
·         Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
·         Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
·         Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
·         Ataksia, tubuh tidak tegak
·         Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
·         Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
·         Palpitasi (takikardia kompensasi)
·         Hipotensi postural
·         Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T
·         Bunyi jantung murmur sistolik
·         Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
·         Sclera biru atau putih seperti mutiara
·         Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi kompensasi)
·         Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
·         Rambut kering, mudah putus, menipis
C. Eliminasi
·         Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
·         Flatulen, sindrom malabsorpsi
·         Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
·         Diare atau konstipasi
·         Penurunan haluaran urine
·         Distensi abdomen
D. Makanan / cairan
·         Penurunan masukan diet
·         Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
·         Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
·         Adanya penurunan berat badan
·         Membrane mukusa kering,pucat
·         Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
·         Stomatitis
·         Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
E. Neurosensori
·         Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
·         Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
·         Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
·         Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
·         Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
·         Hemoragis retina
·         Epistaksis
·         Gangguan koordinasi, ataksia
F. Nyeri/kenyamanan
·         Nyeri abdomen samar, sakit kepala
G. Pernapasan
·         Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
·         Takipnea, ortopnea dan dispnea

Diagnosa Keperawatan
Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan perfusi yang adekuat
Kriteria Hasil :
·         Tanda-tanda vital stabil
·         Membran mukosa berwarna merah muda
·         Pengisian kapiler
·         Haluaran urine adekuat
Intervensi :
Intervensi
Rasional
1.      Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku
memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan intervensi.
2.      Auskultasi bunyi napas
dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama/peningkatan kopensasi curah jantung.
3.      Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi
iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.

4.      Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung
mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia
5.      Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat.
vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer
6.      Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi.
7.      Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi
meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan
8.      Berikan oksigen sesuai indikasi
memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan
9.      Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.
transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.

Diagnosis Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan berat badan yang stabil
Kriteria hasil :
·         Asupan nutrisi adekuat
·         Berat badan normal
·         Nilai laboratorium dalam batas normal Albumin : 4 – 5,8 g/dL
·         Hb : 11 – 16 g/dL
·         Ht : 31 – 43 %
·         Trombosit : 150.000 – 400.000 µL
·         Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012
Intervensi :
Intervensi
Rasional
1.      Observasi dan catat masukan makanan anak
mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
2.      Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering
makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi
3.      Observasi mual / muntah, flatus.
gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ
4.      Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan yang lembut
meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.
5.      Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin
mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan
6.      Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi
bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.

7.      Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal
meningkatkan masukan protein dan kalori.
Diagnosis Keperawatan
Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan pola defekasi yang normal.
Kriteria hasil :
·         Frekuensi defekasi 1x setiap hari
·         Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah
·          Bising usus dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi
Rasional
1.      Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan intervensi yang tepat
2.      Auskultasi bunyi usus.
bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3.      Hindari makanan yang menghasilkan gas.
menurunkan distensi abdomen
4.      Berikan diet tinggi serat
serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestina
5.      Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi.
mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi
6.      Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis Metamucil.
menurunkan motilitas usus bila diare terjadi
Diagnosis Keperawatan
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria hasil :
·         Tanda – tanda vital dalam batas normal
·         Anak bermain dan istirahat dengan tenang
·         Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
·         Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan
Intervensi :
Intervensi
Rasional
1.      Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
2.      Observasi adanya tanda – tanda keletihan : takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang – kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang
membantu menetukan intervensi yang tepat
3.      Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak.
mencegah kelelahan
4.      Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak
meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri
Diagnosis Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
·         Tanda – tanda vital dalam batas normal
·         Leukosit dalam batas normal
·         Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak
Intervensi
Intervensi
Rasional
1.      Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam.
demam mengindikasikan terjadinya infeksi.
2.      Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung
mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.
3.      Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.
mencegah infeksi nosokomial
4.      Observasi hasil pemeriksaan leukosit.
lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi
Evaluasi Keperawatan
a.       Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
b.      Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil
c.       Menunjukkan pola defekasi normal
d.      Mengalami peningkatan toleransi aktivitas
e.       Infeksi tidak terjadi
BAB VII

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIK PURPURA


ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita.  
ETIOLOGI
  1. Penyebab pasti belum diketahui (idiopatik).
  2.  Tetapi kemungkinan akibat dari:
·         Hipersplenisme
·         Infeksi virus.
·         Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).
·         Bahan kimia.
·         Pengaruh fisi (radiasi, panas).
·         Kekurangan factor pematangan (malnutrisi).
·         Koagulasi intra vascular diseminata CKID.
·          Autoimnue.
 JENIS ITP
Akut.
·         Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
·          Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan).
·         Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
Kronik        
·         Awitan tersembunyi dan berbahaya.
·         Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
·         Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
Kambuhan
·         Mula-mula terjadi trombositopenia.
·         Relaps berulang.
·         Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.
PENGKAJIAN
a.       Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b.       Tanda-tanda perdarahan.
c.       Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d.      keletihan, kelemahan, malaise umum.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
TUJUAN : Menghilangkan mual dan muntah
Kriteria standar: Menunjukkan berat badan stabi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi
Rasional
Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan kalori
Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.
anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan malnutrisi yang serius.
Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi
meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
Diagnosis keperawatan
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel
Tujuan: Tekanan darah normal; Pengisian kapiler baik ;
Kriteria standart: Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil
Intervensi keperawatan:
Intervensi
Rasional
Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler
Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.
dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah jantung.
Diagnosis Keperawatan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan: Mengurangi distress pernafasan.
Criteria standart: Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
Intervensi keperawatan:
Intervensi
Rasional
Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama
perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi
Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman
memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi
Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic
meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi
Bantu dengan teknik nafas dalam.
membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.
 Diagnosis Keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan: Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Kriteria  standart: Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi keperawatan:
Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan, keletihan
mempengaruhi pilihan intervensi
Awasi TD, nadi, pernafasan
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk emmbawa jumlah oksigen ke jaringan
Berikan lingkungan tenang
meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera
Daftar Pustaka

  1. Speer, Kathleen Morgan.2007.Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Edisi 3.Jakarta : EGC
  2. Aman, Adi Kusuma. 2003. Klasifikasi etiologi dan aspek laboratorik pada anemi hematolik. Digitized by USU digital library. Diakses 25 Maret 2007)
  3. Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances & Geissler, Alice C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
  4. Kosasih, E.N. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
  5. Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.
  6. Price, Sylvia A & Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.
  7. Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC.
  8. Staf Pengajar IKA FK-UI. 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
  9. Muttaqin, Arif.2009.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi.Jakarta : Salemba Merdeka.

 

Blog Kesehatan - S1 Keperawatan Copyright © 2012 Flower Garden is Designed by www.upik.tk Flower Image by heldaupik.blogspot.com