BAB
I
KONSEP
DASAR PERIKONDRITIS
A.
Pengertian
Perikondritis
Perikondritis
adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma
atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan
kartilago telinga luar (1,2). Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat
kerusakan yang tidak disengajakan pada pembedahan telinga (1,3,4). Adakalanya
perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma(2). Dalam stage
awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh
pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus
terkumpul di antara perikondrium dan tulang rawan dibawahnya.
B.
Etiologi
Luka
akibat terbakar aurikel adalah faktor predisposisi yang paling sering, sehingga
25% dapat terjadi infeksi. Baru-baru ini juga didapatkan peningkatan infeksi
yang disebabkan oleh tindik telinga.(5). Karena menindik telinga sekarang
sebagian dilakukan di pinna, suatu daerah yang melibatkan porsi kartilago dari
aurikel, dapat memberi resiko yang besar untuk terjadinya perikondritis.
Infeksi dari Pseudomonas dapat menyebabkan deformitas kosmetik yang berat.(3).
Suatu furunkel yang tidak memadai pengobatannya merupakan sumber agen penyebab
yang potensial, seperti mikrokokus jenis virulen (Stafilokokus), Streptokokus,
atau Pseudomonas aeruginosa.(1, 6). Infeksi juga dapat dapat terjadi pada saat
aspirasi dan insisi hematoma auris. Cedera pada kartilago juga dapat disebabkan
oleh frostbite.(3). perikondritis juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari
pembedahan seperti mastoidectomi atau komplikasi dari hematoma atau otitis
eksterna yang disebabkan oleh berenang di air yang terkontaminasi.
C.
Patofisiologi
·
Trauma :
Laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengaja pada pembedahan telinga,
memar.
·
Radang :
Furunkel dengan pengobatan yang tidak adekuat
Infiltrasi perikondrium è
supurasi è
nekrosis tulang rawan
dapat
terjadi deformitas daun telinga
D. Tanda dan Gejala
Penderita
penyakit ini biasanya mengeluhkan daun telinga yang membengkak, merah, panas,
terasa nyeri, jika ditekan terasa sakit. Pembengkakan daun telinga itu menjalar
ke bagian belakang daun telinga sehingga sangat menonjol.
E.
Pemeriksaan Penunjang
-
Pemeriksaan penunjang perikondritis dapat
dilakukan biopsi pada lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar..
-
Pemeriksaan darah dapat menunjukkan infeksi
okultisme
-
Tes darah ( CBC count, WBC count untuk mencari
infeksi, sickle cell anemia, studi fungsi tiroid dan antibody untuk tiroiditis
F.
Komplikasi
Akibat perikondritis dapat terjadi deformitas aurikula yang
nyata. Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan hancur dan menciut serta
keriput, sehingga terjadi telinga lisut (cauliflower ear).
G.
Penatalaksanaan Medik
Berikan antibiotik parenteral dan pengobatan topikal untuk
infeksi kanalis penyerta. Pilihan obat disesuaikan dengan hasil biakan atau
petunjuk lain mengenai organisme yang terlibat. Bila kondisi ini tampaknya
meluas dan terdapat adanya bukti-bukti adanya cairan di bawah perikondrium,
terdapat indikasi untuk mengeluarkan cairan. Karena tulang rawan tidak memiliki
suplai darah langsung bila dipisahkan dari perikondrium, maka dapat terjadi
nekrosis tulang rawan. Dengan demikian, tulang rawan yang nekrosis perlu
dieksisi dan drainase dipertahankan.
Diagnosis
Diagnosis Perikondritis seringkali ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosisnya mudah, bagian aurikula yang terlibat membengkak, menjadi merah, terasa panas, dan sangat nyeri tekan. Mungkin terjadi perubahan bentuk yang abnormal pada telinga. Riwayat trauma pada telinga penting untuk mendiagnosis Perikondritis atau Kondritis, karena keduanya merupakan hasil dari luka pada kartilago. Diagnosa Perikondritis tidak akan keliru dengan lepra pada aurikula yang menyebabkan inflamasi dan perubahan bentuk yang kronik dan dapat didiagnosis dengan biopsy.
Diagnosis Perikondritis seringkali ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosisnya mudah, bagian aurikula yang terlibat membengkak, menjadi merah, terasa panas, dan sangat nyeri tekan. Mungkin terjadi perubahan bentuk yang abnormal pada telinga. Riwayat trauma pada telinga penting untuk mendiagnosis Perikondritis atau Kondritis, karena keduanya merupakan hasil dari luka pada kartilago. Diagnosa Perikondritis tidak akan keliru dengan lepra pada aurikula yang menyebabkan inflamasi dan perubahan bentuk yang kronik dan dapat didiagnosis dengan biopsy.
Diagnosis Banding
Penyakit lain dimana
Perikondritis menjadi alternatif diagnosis termasuk pada penyakit Polikondritis
Berulang. Penyakit kedua yang mirip dengan perikondritis adalah Erisipelas.
Polikondritis Berulang
Penyakit yang tidak
diketahui etiologinya ini menyebabkan peradangan dan destruksi tulang rawan.
Merupakan suatu gangguan tulang rawan generalisata, melibatkan hidung dan
telinga pada 80-90% kasus. Deformitas aurikula menyerupai suatu perikondritis
akut yang infeksius atau suatu telinga bunga kol (cauliflower ear) yang
meradang. Hilangnya tulang rawan menyebabkan telinga menjadi “lemas” dan timbul
deformitas hidung pelana. Peradangan yang bergantian pada kedua telinga (tanpa
sebab predisposisi) atau adanya demam memberi kesan gangguan ini. Dapat
ditemukan tinitus dan vertigo, demikian pula kehilangan pendengaran akibat
kolaps meatus akustikus eksternus. Bila laring, trakea dan bronkus ikut
terlibat dapat berakibat suara menjadi serak dan bahkan kematian akibat kolaps
dinding laringotrakea dan bronkus.
Aktivitas penyakit
berfluktuasi dan prognosisnya tak dapat diramalkan. Dapat berupa serangan
tunggal atau dapat pula serangan berulang selama-bertahun-tahun. Pengobatan
berupa salisilat dan steroid pada serangan akut, meskipun terdapat kontroversi
mengenai pemberian steroid. Dapson telah digunakan untuk mencegah serangan
ulangan. Struktur-struktur yang terserang harus dilindungi dari trauma.1
Erisipelas
Erisipelas adalah infeksi pada dermis yang disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus Grup A yang memberikan gejala berupa nyeri, eritema, bengkak, keras, dan panas. Eritema dan pembengkakan tidak mengikuti batas anatomis tapi berbatas tegas. Gejala sistemik berupa demam dan malaise juga dapat ditemukan. Infeksi ini diobati dengan penisilin oral, karena penyakit ini berjalan dengan progresif dan berpotensi mengurangi kualitas hidup, penanganan dibutuhkan sedini mungkin.
Erisipelas
Erisipelas adalah infeksi pada dermis yang disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus Grup A yang memberikan gejala berupa nyeri, eritema, bengkak, keras, dan panas. Eritema dan pembengkakan tidak mengikuti batas anatomis tapi berbatas tegas. Gejala sistemik berupa demam dan malaise juga dapat ditemukan. Infeksi ini diobati dengan penisilin oral, karena penyakit ini berjalan dengan progresif dan berpotensi mengurangi kualitas hidup, penanganan dibutuhkan sedini mungkin.
Panorex imaging Panorex imaging
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PERIKONDIDIS
A. Pengkajian Fokus
1. Anamnesis
-
Aurikula Bengkak, Nyeri, Merah
-
Kadang dapat disertai demam
.
2. Pemeriksaan
a. Kriteria dx : edema luas
aurikula, hyperemia, panas, nyeri palpasi
b. Suhu tubuh meningkat
c. Supuratif è fluktuasi
d. Nekrosis è deformitas
e. Pembesaran KGB regional
f. Lekosit meningkat
.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ttg penyakit, penyebab
infeksi dan tindakan pencegahannya
3. Kurang pengetahuan
berhubunagn dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosis keperawatan
|
Tujuan dan kreteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Nyeri b/d proses
inflamasi
|
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri
pasien dapat berkurang
Kriteria hasil :
-
Melaporkan
nyeri berkurang/ terkontrol.
Menunjukkan
ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
|
1. Kaji tingkat nyeri ssi skala nyeri
|
Memberi info untuk
mengkaji respon terhadap intervensi
|
2. Kaji dan catat respon pasien terhadap intervensi
|
membantu dalam
memberi intervensi selanjutnya
|
||
3.
Kolaborasi
beri preparat analgetik
|
mengurangi nyeri
|
||
4.
Memasang
sumbu bila kanalis auditorius mengalami edema
|
untuk menjaga
kanalis tetap terbuka
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan kreteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Ansietas b/d kurang pengetahuan ttg penyakit, penyebab infeksi dan
tindakan pencegahannya
|
Tujuan : mengurangi ansietas
Kriteria Hasil :
-
Klien tidak menampakkan tanda- tanda gelisah
-
Klien terlihat tenang
|
Dengarkan dgn
cermat apa yg dikatakan klien tentang penyakit dan tindakannya
|
mendengar
memungkinkan deteksi dan koreksi mengenai kesalahpahaman dan kesalahan
informasi
|
Berikan penjelasan
singkat ttg organisme penyebab; sasarn penaganan; jadwal tindak lanjut
|
pengetahuan ttg
diagnosa spesifik dan tindakan dapat meningkatkan kepatuhan
|
||
Berikan kesempatan
pada klien untuk bertanya dan berdiskusi
|
pertanyaan klien
menandakan masalah yg perlu diklarifikasi
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kurang pengetahuan b.d.kurang
terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
|
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi
peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan
Kreteria hasil :
-
Melaporkan
pemahaman mengenai penyakit yang dialami
-
Menanyakan
tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
|
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
|
Mengetahui tingkat pemahaman dan
pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan
intervensi
|
2. Berikan informasi pada pasien
tentang perjalanan penyakitnya.
|
Meningkatkan pemahaman klien
tentang kondisi kesehatan
|
||
3. Berikan penjelasan pada pasien
tentang setiap tindakan keperawatan yang diberikan
|
Mengurangi tingkat kecemasan dan
membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan
|
Daftar Pustaka
1.
Boies L.R.
Perikondritis. In : Adams G.L., Boies L.R., Higler P.A. Penyakit Telinga Luar,
Boies Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6.
Minnesota : Penerbit Buku Kedokteran; 1997. P.81.
2. Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. In : Soepardi E.A.,
Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher.
Edisi 5. Jakarta. Balai Penerbit FKUI; 2004. P.45.