Gangguan Telinga karena Benda Asing
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
1. Pengertian
Telinga adalah organ
penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) .
Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara,
dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar.
Benda asing merupakan benda
yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal
tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kejadian tersebut kejadian
tersebut banyak penyebabnya, pada orang dewasa biasanya dengan mencoba
membersihkan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau pada anak-anak yang
dengan sengaja memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.benda
asing di telinga dapat memiliki efek atau tidak. Bisa tanpa gejala sampai
dengan gejala nyeri berat sampai dengan terjadinya penurunan pendengaran.
Kejadian tersebut terkadang dianggap remeh oleh penderita atau keluarganya.
Pada anak-anak tidak
melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga
tersebut, Lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut
mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri
karena kemungkinan benda yang masuk malah terdorong ke dalam membrane timpani
karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di telinga banyak terdapat
saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa
dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus
serta menggunakan anestesi umum di kamar operasi. Pengambilan benda asing dari
kanalis auditorius eksternus ada 3 metode. Standar pengambilan benda asing
yaitu irigasi, pengisapan, dan instrumentasi.
Metode pengambilan benda asing dengan cara irigasi
bila benda-benda seperti kerikil, mainan, manik-manik, penghapus, serangga yang
masuk ke dalam kanalis auditorius, kecuali bila terdapat riwayat perforasi
membrane timpani. Kemasukkan benda asing seperti tumbuh-tumbuhan misalkan
biji-bijian, kacang-kacangan atau polong-polongan cenderung menyebabkan
bengkak, bila pengambilan benda tersebut menggunakan teknik irigasi akan
membahayakan (termasuk kontraindikasi).
Bila dengan menggunakan teknik irigasi, benda asing
belum juga berhasil dikeluarkan, maka dapat menggunakan teknik pengisapan,
serta instrumentasi. Bila memakai teknik instrumentasi maka kanalis auditorius
harus terlihat secara langsung guna menghindari kerusakkan lebih lanjut organ
telinga.
2. Etiologi dan Faktor Pencetus
Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu :
- Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
- Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat-alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga.
- Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke
telinga dan penangangan pertama yang bisa dilakukan:
a.
Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan
keramas, membuat air masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih,
air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada
kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang
dan air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya. Segera kunjungi dokter THT
untuk membersihkan kotoran kuping yang ada.
b.
Cotton Buds
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk
membersihkan telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya
lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati
menggunakannya. Basahi cotton buds dengan menggunakan air hangat, jangan
menggunakan cotton buds dalam keadaan kering atau berminyak karena itu
memungkinkan terjadinya iritasi pada telinga.
c.
Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan
sesuatu ke dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi, segera
bawa ke dokter THT. Jangan coba-coba mengeluarkannya sendiri, karena bisa
menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek, dokter mempunyai alat khusus untuk
mengeluarkan benda tersebut dan disertai dengan keterampilan khusus untuk menangani
masalah ini.
d. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang
salah dengan bagian dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme
sendiri yang dapat menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke
dalam.
3. Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan
oleh beberapa factor antara lain pada anak – anak yaitu factor kesengajaan dari
anak tersebut, factor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih
telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor
kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga seperti lalat
atau nyamuk .
Masuknya benda asing ke dalam
telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus akan menimbulkan
perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha mengeluarkan
benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan
benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda tersebut
ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan
melukai membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane
timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga atau
otalgia dan kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.
4. Manifestasi klinik
Efek dari masuknya benda asing
tersebut ke dalam telinga dapat berkisar dari tanpa gejala sampai dengan gejala
nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
•
Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja
membuat telinga merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan
telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam
menjadi masuk lagi.
•
Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang
telinga, tentu saja membuat telinga terasa tersumbat.
•
Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula
bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah.
• Rasa nyeri
telinga (otalgia)
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat
hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis,
atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembangnya komplikasi
telinga akibat benda asing.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Mekanisme :
- Bersihkan serumen
- Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
- Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan
adanya infeksi
- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya
tumpukan darah dibelakang gendang.
-
Kemungkinan gendang mengalami robekan.
b.
Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu
telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
c. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber
1. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
2. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
4. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
1. Normal:
suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
2.Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian
yang sakit (obstruksi: otosklerosis, OM) akan
menghambat ruang hampa.
3. Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih
baik.
Uji Rine
1. Membandingkan konduksi udara dan tulang
2. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid,
apabila bunyi tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
4. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
5. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1. Normal:
terdengar terus suara garpu tala.
2. Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu
tala lebih jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif).
6. Pencegahan
Usaha
pencegahan
a. Kebiasaan terlalu sering memakai
cotton bud untuk membersihkan telinga sebaiknya dijauhi karena dapat
menimbulkan beberapa efek samping seperti kulit telinga kita yang ditumbuhi
bulu-bulu halus yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga
kita akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika
kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman
dan kemungkinan lain bila terlalu dalam
mendorong Cottonbud, maka dapat melukai atau menembus gendang telinga.
Sebaiknya bersihkan telinga 2-3 kali dalam seminggu.
b. Hindarkan memberi mainan berupa
biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadi bahaya di atas atau juga dapat
tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas (obstruksi jalan nafas).
7. Penatalaksanaan
• Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau
pinset atau alligator (khususnya gabah). Pada anak yang tidak kooperatif,
sebaiknya dikeluarkan dalam narcosis umum, agar tidak terjadi komplikasi pada
membrane timapani.
• Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang
hidup, harus dimatikan dulu dengan meneteskan pantokain,xylokain,minyak atau
alcohol kemudian dijepit dengan pinset.
Usaha pengeluaran harus
dilakukan dengan hati- hati biasanya dijepit dengan pinset dan ditarik keluar.
Bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak gendang telinga atau
struktur- struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan anastesi sebelum
dilakukan penatalaksanaan.
Kemudian benda asing dikait
dengan pinset atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda asing keluar, liang
telinga dibersihkan dengan larutan betadin. Bila ada laserasi liang telinga
diberikan antibiotik ampisilin selama 3 hari dan analgetik jika perlu.
Benda asing seperti kertas,
busa, bunga, kapas, dijepit dengan pinset dan ditarik keluar.
Benda asing yang licin dan
keras seperti batu, manik-manik, biji-bijian pada anak yang tidak kooperatif
dilakukan dengan narkose. Dengan memakai lampu kepala yang sinarnya terang lalu
dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena dapat menyebabkan trauma
pada membran timpani.
Pengambilan benda asing dari kanalis audiotorius
eksternus merupakan tantangan bagi petugas perawatan kesehatan. Banyak benda
asing (misalnya : kerikil, mainan, manik-manik, penghapus) dapat diambil dengan
irigasi kecuali ada riwayat perforasi lubang membrana timpani. Benda asing
dapat terdorong secara lengkap ke bagian tulang kanalis yang menyebabkan
laserasi kulit dan melubangi membrana timpani pada anak kecil atau pada kasus
ekstraksi yang sulit pada orang dewasa. Pengambilan benda asing harus dilakukan
dengan anatesia umum di kamar operasi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fokus
a. Riwayat
masuknya benda asing pada telinga
Tanyakan kepada klien mengenai proses terjadinya peristiwa benda asing masuk
ke telinga, apa jenis benda asing yang masuk apakah itu serangga, manik-manik,
kerikil dll, tindakan yang sudah dilakukan di rumah.
b. Riwayat
kesehatan
1) Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, rasa tidak
enak ditelinga.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran
karena benda asing adalah kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang
tidak benar.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia,
otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai durasi dan intensitas
masalahnya, penyebabnya dan penanganan sebelumnya.
4) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi daun telinga
Mekanisme
• Dewasa: ditarik keatas-kebelakang
• Anak: Kebelakang
• Bayi: kebawah
Hal yang perlu diperhatikan :
• Posisi
• Warna
• Ukuran
• Bentuk
• Kesimetrisan
• Seluruh permukaan dan lateral
Palpasi
• Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
• Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
• Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik ,kimia
b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
d.Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi
tentang penyakit, pengobatan.
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa
|
Tujuan-Kriteria
|
Intervensi
|
Rasional
|
Nyeri akut
b.d. agen cedera biologis, fisik , kimia
|
Setelah diberikan tindakan
keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang, dengan criteria hasil :
- Melaporkan nyeri berkurang/
terkontrol.
- Menunjukkan ekspresi wajah/
postur tubuh rileks.
|
·
Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi
atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-5)
·
Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas
dalam guided imagery.
·
Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai
indikasi
|
Dapat
mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
Membantu
klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari
nyeri.
Membantu
mengurangi nyeri
|
Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori
persepsi
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman
pendengaran
pasien meningkat, KH: - Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan - Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya |
·
Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah
kedua telinga terlibat.
·
Berikan lingkungan yang tenang dan tidak
kacau, jika diperlukan seperti musik lembut.
·
Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi
program terapi yang diberikan
|
Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang
berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang.
Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan.
|
Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran
timpani.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan, risiko infeksi tidak
terjadi, dengan criteria hasil:
-Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa) - Tanda- tanda vital dalam batas normal |
·
Observasi adanya tanda-tanda terjadinya
infeksi (kalor, dolor, rubor,
tumor dan fungsiolesa).
·
Observasi tanda-tanda vital.
·
Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan
tindakan
·
Kolaborasi:
Berikan antibiotika sesuai indikasi |
Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator
dalam melakukan intervensi selanjutnya
Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat
diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi. Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi |
Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang
penyakit, pengobatan
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi
peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan,
dengan criteria hasil:
-Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami -Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar |
· .
Kaji tingkat pengetahuan pasien.
· Berikan
informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya.
· Berikan
penjelasan pada pasien tentang setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
|
Mengetahui tingkat pemahaman dan
pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan
intervensi
Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan |