Jumat, 10 Februari 2012

AsKep Gangguan Telinga karena Benda Asing



Gangguan Telinga karena Benda Asing

A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kejadian tersebut kejadian tersebut banyak penyebabnya, pada orang dewasa biasanya dengan mencoba membersihkan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau pada anak-anak yang dengan sengaja memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.benda asing di telinga dapat memiliki efek atau tidak. Bisa tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat sampai dengan terjadinya penurunan pendengaran. Kejadian tersebut terkadang dianggap remeh oleh penderita atau keluarganya.
Pada anak-anak tidak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, Lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena kemungkinan benda yang masuk malah terdorong ke dalam membrane timpani karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus serta menggunakan anestesi umum di kamar operasi. Pengambilan benda asing dari kanalis auditorius eksternus ada 3 metode. Standar pengambilan benda asing yaitu irigasi, pengisapan, dan instrumentasi.
Metode pengambilan benda asing dengan cara irigasi bila benda-benda seperti kerikil, mainan, manik-manik, penghapus, serangga yang masuk ke dalam kanalis auditorius, kecuali bila terdapat riwayat perforasi membrane timpani. Kemasukkan benda asing seperti tumbuh-tumbuhan misalkan biji-bijian, kacang-kacangan atau polong-polongan cenderung menyebabkan bengkak, bila pengambilan benda tersebut menggunakan teknik irigasi akan membahayakan (termasuk kontraindikasi).
Bila dengan menggunakan teknik irigasi, benda asing belum juga berhasil dikeluarkan, maka dapat menggunakan teknik pengisapan, serta instrumentasi. Bila memakai teknik instrumentasi maka kanalis auditorius harus terlihat secara langsung guna menghindari kerusakkan lebih lanjut organ telinga.

2. Etiologi dan Faktor Pencetus
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu :
  1. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
  2. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat-alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga.
  3. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga dan penangangan pertama yang bisa dilakukan:

a.      Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya. Segera kunjungi dokter THT untuk membersihkan kotoran kuping yang ada.

b.      Cotton Buds
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya. Basahi cotton buds dengan menggunakan air hangat, jangan menggunakan cotton buds dalam keadaan kering atau berminyak karena itu memungkinkan terjadinya iritasi pada telinga.

c.       Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke dokter THT. Jangan coba-coba mengeluarkannya sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek, dokter mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut dan disertai dengan keterampilan khusus untuk menangani masalah ini.
 
d.   Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.

3. Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor antara lain pada anak – anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut, factor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga seperti lalat atau nyamuk .
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda tersebut ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga atau otalgia dan kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.

4. Manifestasi klinik
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar dari tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
• Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk lagi.
• Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat telinga terasa tersumbat.
• Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
• Rasa nyeri telinga (otalgia)
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembangnya komplikasi telinga akibat benda asing.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Mekanisme :
- Bersihkan serumen
- Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
- Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.
- Kemungkinan gendang mengalami robekan.

b. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam

c. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber
1. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
2. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
4. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
1. Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
2.Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi: otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.
3. Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.

Uji Rine
1. Membandingkan konduksi udara dan tulang
2. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
4. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
5. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1. Normal: terdengar terus suara garpu tala.
2. Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif).

6. Pencegahan
    Usaha pencegahan
a. Kebiasaan terlalu sering memakai cotton bud untuk membersihkan telinga sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping seperti kulit telinga kita yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga kita akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman dan kemungkinan lain bila  terlalu dalam mendorong Cottonbud, maka dapat melukai atau menembus gendang telinga. Sebaiknya bersihkan telinga 2-3 kali dalam seminggu.
b. Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadi bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas (obstruksi jalan nafas).




7. Penatalaksanaan
• Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinset atau alligator (khususnya gabah). Pada anak yang tidak kooperatif, sebaiknya dikeluarkan dalam narcosis umum, agar tidak terjadi komplikasi pada membrane timapani.
• Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus dimatikan dulu dengan meneteskan pantokain,xylokain,minyak atau alcohol kemudian dijepit dengan pinset.
        Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati biasanya dijepit dengan pinset dan ditarik keluar. Bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak gendang telinga atau struktur- struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan anastesi sebelum dilakukan penatalaksanaan.
        Kemudian benda asing dikait dengan pinset atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda asing keluar, liang telinga dibersihkan dengan larutan betadin. Bila ada laserasi liang telinga diberikan antibiotik ampisilin selama 3 hari dan analgetik jika perlu.
        Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas, dijepit dengan pinset dan ditarik keluar.
        Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-bijian pada anak yang tidak kooperatif dilakukan dengan narkose. Dengan memakai lampu kepala yang sinarnya terang lalu dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena dapat menyebabkan trauma pada membran timpani.
Pengambilan benda asing dari kanalis audiotorius eksternus merupakan tantangan bagi petugas perawatan kesehatan. Banyak benda asing (misalnya : kerikil, mainan, manik-manik, penghapus) dapat diambil dengan irigasi kecuali ada riwayat perforasi lubang membrana timpani. Benda asing dapat terdorong secara lengkap ke bagian tulang kanalis yang menyebabkan laserasi kulit dan melubangi membrana timpani pada anak kecil atau pada kasus ekstraksi yang sulit pada orang dewasa. Pengambilan benda asing harus dilakukan dengan anatesia umum di kamar operasi.


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus
a. Riwayat masuknya benda asing pada telinga
Tanyakan kepada klien mengenai proses terjadinya peristiwa benda asing masuk ke telinga, apa jenis benda asing yang masuk apakah itu serangga, manik-manik, kerikil dll, tindakan yang sudah dilakukan di rumah.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, rasa tidak enak ditelinga.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena benda asing adalah kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia, otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai durasi dan intensitas masalahnya, penyebabnya dan penanganan sebelumnya.
4) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi daun telinga
Mekanisme
• Dewasa: ditarik keatas-kebelakang
• Anak: Kebelakang
• Bayi: kebawah
Hal yang perlu diperhatikan :
• Posisi
• Warna
• Ukuran
• Bentuk
• Kesimetrisan
• Seluruh permukaan dan lateral
Palpasi
• Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
• Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
• Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.


B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik ,kimia
b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
d.Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan.


C. Rencana Keperawatan

Diagnosa
Tujuan-Kriteria
Intervensi
Rasional
Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik , kimia
Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang, dengan criteria hasil :
- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.

·   Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-5)
·   Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
·   Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi

Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.



Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.

Membantu mengurangi nyeri

Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat, KH:
- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan
- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
·         Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat.

·         Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau, jika diperlukan seperti musik lembut.



·         Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan

Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang.

Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan.

Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani.
Setelah diberikan asuhan keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi, dengan criteria hasil:
-Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
- Tanda- tanda vital dalam batas normal
·         Observasi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi (kalor, dolor,      rubor, tumor dan fungsiolesa).
·         Observasi tanda-tanda vital.




·         Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan


·         Kolaborasi:
Berikan antibiotika sesuai indikasi
Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan intervensi selanjutnya

Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi

Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan

Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan, dengan criteria hasil:
-Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami
-Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar

·   . Kaji tingkat pengetahuan pasien.




·   Berikan informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya.
·   Berikan penjelasan pada pasien tentang setiap tindakan keperawatan yang diberikan.

Mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan intervensi
Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan
Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan











 

Blog Kesehatan - S1 Keperawatan Copyright © 2012 Flower Garden is Designed by www.upik.tk Flower Image by heldaupik.blogspot.com