Senin, 09 Januari 2012

AsKep Herpes Zoster


HERPES ZOSTER

A.    Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersyarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis.
Herpes zoster (shingles, cacar monyet) merupakan kelainan inflamatorik viral dimana virus penyebabnya menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri disepanjang distribusi saraf sensorik dari satu atau lebih ganglion posterior.

B.     Etiologi
Herpes zoster  disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius.
Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organic, detergen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan pH yang tinggi.

C.    Manifestasi Klinik
Herpes zoster biasanya mengenai suatu dermatom, dimana yang paling sering biasanya adalah pada dada dan perut. Timbulnya erupsi mungkin didahului oleh rasa nyeri di daerah dermatom, dimana hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis sebagai kelainan dibagian dalam. Rasa nyeri bisa bersifat membakar (panas), tajam (seperti tersayat atau robek), menusuk atau berupa perasaan pegal. Lesi berupa sederetan kelompok vesikel unilateral dengan dasar kulit yang eritematosa.
Isi vesikel pada mulanya jernih, kemudian menjadi keruh. Bisa berupa vesikel-vesikel yang menyebar menjauhi bagian tengah tubuh, dan pada usia lanjut cenderung lebih banyak. Selain itu, vesikel yang menyebar luas (zoster diseminata) juga terdapat pada orang-orang dengan imunosupresi, 
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang keluarnya erupsi.
Gejala konstitusi seperti sakit kepala, malaise, dan demam terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi lokalisata dan hampir selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umunya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi duimulai dengan makulopapula eritematus. 12-24 jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustule pada hari ke 3. Seminggu sampai 10 hari kemudian, lesi mongering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap 2-3 minggu.
Herpes zoster pada orang dewasa yang sehat biasanya terlokalisasi dan bersifat benigna. Namun pada pasien yang sistem kekebalannya terganggu penyekit tersebut dapat menjadi berat dan perjalan kliniknya bisa menimbulkan ketidakmampuan yang akut. Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsinya cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Menurut daerah penyerangannya dikenal :
1)      Herpes zoster oftalmika : menyerang dahi dan sekitar mata
2)      Herpes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan
3)      Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut
4)      Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paka
5)      Herpes zoster otikum : menyerang telinga.
Gangguan pada nervus fasialis dan otikus dapat menimbulkan sindrom ramsay-hunt dengan gejala paralisis otot-otot muka (bell’s palsy), tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, dan nausea.
Bentuk-bentuk lain herpes zoster :
1)      Herpes zoster hemoragika : vesikula-vesikulanya tampak berwarna merah kehitaman karena berisi darah
2)      Herpes zoster abortivum : penyakit berlangsung ringan dalam waktu yang singkat dan erupsinya hanya berupa eritema dan papula kecil.
3)      Herpes zoster generalisata : kelainan kulit yang unilateral dan segmental disertai kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikula dan umblikasi. Kasus ini terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya dengan penderita limpoma maligna.
4)      Zoster sakralis : keterlibatan segmen-segmen sacral bisa menyebabkan retensi urin akut di mana hal ini bisa dihubungkan dengan adanya ruam kulit
5)      Zoster trigeminalis : herpes zoster bisa menyerang setiap bagian dari saraf trigeminus, tetapi yang paling sering terkena adalah bagian oftalmika. Gangguan mata seperti konjungvitis, keratitis dan atau iridosiklitis bisa terjadi bila cabang nasosilaris dari bagian oftalmika terkena (ditunjukkan oleh adanya vesikel-vesikel di tepi hidung). Infeksi pada bagian maksila dari saraf trigeminus menimbulkan vesikel-vesikel unilateral pada pipi dan pada palatum.
6)      Zoster motoris : kadang-kadang selain lesi kulit pada dermatom sensoris, serabut saraf motoris bisa juga terserang yang menyebabkan terjadinya kelemahan otot.

D. Histopatologi
Ditemukan serbuakn sel limposit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal, dan inflamasi bungkus ganglion.
Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop electron dan antigen VZV dapat dilihat secara imunofluoresensi.

E.     Pathogenesis
Selama terjadinya infeksi varisela VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa keujung serabut saraf sensorik. Kemudian secar sentripetal virus ini membawa melalui serabut saraf sensorik tersebut menuju ganglion saraf sensorik. Dalam ganglion ini virus memasuki masa laten dan disini tidak infeksius dan tidak mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti kehi;angan daya infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar didalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf sehingga terjadi inflamasi yang berat, dan biasanya disertai neuralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk erupsi hepes zoster.
1)      Neuralgia pascaherpetika adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung berbulan-bulan sampai berapa tahun. Keadaan ini cenderung terjadi pada penderita diatas usia 40 tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi.
2)      Infeksi sekunder oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan bekas sebagai sikatriks.
3)      pada sebagian penderita dapat terjadi paralisis motorik terutama jika virus juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis. Terjaqadinya biasanya 2 minggu setelah timbulnya erupsi.

F.     Diagnosis Klinik dan Labolatorik
Dalam stadium praerupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab rasa nyeri lainnya, misalnya pleuritis infark miokard, koleosistisis, apendisitis, kolik renal, dan sebagainya. Bila erupsi mulai terlihat, diagnosis menjadi mudah ditegakkan.
Secara labolatorik, memeriksaan sediaan apus secara Tzanck membantu menegakkan diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak, demikian pula pemeriksaan cairan vesikula atau material biopsy dengan muikroskop electron serta neurologic.

G.    Pencegahan
Pencegahan penyakit herpes zoster seharusnya mencakup pencegahan infeksi laten dan pencegahan reaktivasi virus laten tersebut. Tetapi sampai sekrang belum ditemukan cara untuk pencegahan tersebut.

H.    Pengobatan
·         Terapi sistemik hanya bersifat simptomatik, misalnay pemberian analgetik untuk mengurangi neuralgia. Dapat pula ditambahkan neurotropik , B1, B6, dan B12. Antibiotika diberikan bila ada infeksi sekunder
·         Local : diberi bedak. Losio kalamin dapat diberikan untuk mengurangi rasa tidak enak dan mengheringkan lesi vesikuler.
·         IDU 5-40% dalam 100% DMSO (dimetilsulfoksid) dipakai secara topical.
·         Pemberian secara oral prednisone 30 mg perhari atau triamsinolon 48 mg sehari akan memperpendek masa neuralgia pasca herpetika
·         Imunomodulator seperti isoprinosin dan antivirus seperti interveron
·         Asiklovir (zovirax) 5 x 200 mg/hr selama 5 hari dapat meringankan penyakit ini.

I.       Pendidikan pasien
perawat harus mengkaji gangguan rasa nyaman serta respon pasien terhadap pengobatannya, namun melaksanakan kolaborasi dengan dokter untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan pada rejimen pengobatan. Kepada pasien harus diajarkan cara menggunakan kompres basah atau obat pada lesi dan mengikuti teknik mencuci tangan yang benar untuk menghindari penyebaran virus.
Aktivitas pengalih dan teknik relaksasi perlu dianjurkan agar tercapai tidur yang nyenyak, semuanya ini akan membantu menghilangkan gangguan rasa nyaman.
Pemberi perawatan diperlukan untuk membantu pemasangan kasa atau perban jika pasien berusia lanjut dan tidak mampu memasangnya sendiri.

 





Daftar Pustaka

Brunner dan Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Penerbit   EGC,Jakarta.
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit.Penerbit Hipokrates, Jakarta.
Graham Brown , Robin dan Tony Burn. 2005. Lecture Notes Dermatologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

 

Blog Kesehatan - S1 Keperawatan Copyright © 2012 Flower Garden is Designed by www.upik.tk Flower Image by heldaupik.blogspot.com