Rabu, 23 November 2011

Konsep Dasar Penyakit Parkinson



A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF
Sistem saraf terdiri dari sel sel-sel saraf (neuron neuron) dan sel ) sel-sel penyokong (neuroglia dan sel Schwan). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lai sehingga bersama bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
Neuron adalah unit anatomis dan fungsional sistem saraf. Terdiri atas
a)      Badan sel
b)      Dendrit
c)      Akson
Fisiologis sistem saraf :
a)       Mengkoordinasi, menafsirkan
b)      Mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya sekitarnya.
c)      Mengatur aktifitas berbagai organ lain  agar tercipta kondisi yang seimbang dari
seluruh sistem tubuh tubuh.
B.     Pengertian Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. (Smeltzer dan Bare, 2002).
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tremor saat istirahat, rigiditas, bradikardinesia dan hilangnya reflex postural, dan secara patologi berupa degenerasi neuron berpigmen neuromelanin terutama di pars kompakta nigra yang disertai adanya inklusi sel neuron eusinofilik. (Lewys Bodies)
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor ritmik, bradikardinesia, kekakuan otot, dan hilangnya reflek-reflek postural. (Sylvia dan price,1999)
Kesimpulan, Parkinson adalah penyakit yang disebabkan adanya gangguan pada otak, yaitu pada sistem saraf pusat otak manusia mengalami kemunduran. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan.
Ganglia basalis sering ikut terlibat di dalam proses degeneratif dan mengakibatkan gangguan gerakan, yang dapat berupa gerakan menjadi lamban atau gerakan menjadi berlebihab. Gerak lamban di sebut sebagai gerak involunter yang abnormal, hiperkinesia atau diskinesia.
Ganglia basalis itu sendiri terdiri dari :
1.            Korpus striatum : nukleus kaudatus, putamen, dan globus palidus.
2.            Substansia nigra.
3.             Nukleus subtalamik.
Sindrom parkinson dengan beragam etiologi gambaran gejala klinis hampir serupa. Kriteria untuk menggolongkannya ke dalam sindrom Parkinson adanya rigiditas, tremor, dan bradikinesia. Johnson dan kawan-kawan mengemukakan bahwa diagnosis klinis penyakit Parkinson dapat ditegakkan bila dijumpai sekurang-kurangnya 2 dari4 gejala seperti tremor, rigiditas, bradikinesia dan instabilitas postural.
Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi, prognosis dan penatalaksanaannya.
1.      Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans.
-          sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas.
-          Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2.      Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
-          dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis meningovaskuler.
-          iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin.
-          lain-lain, misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3.      Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )
-          pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan.
-          jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson ( degenerasi hepato-lentikularis ), hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal ( parkinsonismus juvenilis ).
C.    Etiologi
Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut :
1.      Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2.      Geografi
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
3.      Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupn gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit parkinson.
4.      Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5.      Faktor Lingkungan
a.       Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan mitokondria
b.      Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c.       Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d.      Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
e.       Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar
f.          Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
D.    Patofisiologi
Lesi utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen, terutama neuron di dalam subtansi nigra pada otak (subtansia nigra merupakan kumpulan nucleus otak tengah yang memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum).
            Salah satu neurontransmiter mayor di daerah otak ini dan bagian-bagian lain pada sistem saraf pusat adalah dopamine, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan pada pusat control gerakan. Secara normal dopamine memiliki konsentrasi yang tinggi di bagian-bagian otak tertentu, namun pada penyakit Parkinson konsentrasi dopamine menipis dalam substansi nigra dan korpus striatum. Penipisan kadar dopamine dalam basal ganglia yang berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan dan tremor.
            Aliran darah serebri regional menurun pada klien dengan penyakit Parkinson dan ada kejadian demensia yang tinggi. Data patologis dan biokimia menunjukkan bahwa klien dengan demensia dengan penyakit Parkinson mengalami penyakit penyerta Alzheimer. Pada kebanyakan klien penyebab penyakit tersebut tidak diketahui.



E.     Manifestasi Klinis
1.      Gejala Motorik
a.          Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b.         Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
c.          Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
d.         Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. 13Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e.          Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
f.          Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
g.         Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
h.         Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
i.           Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
j.           Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif).

2.      Gejala non motorik
a.       Disfungsi otonom
-       Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
-       Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
-       Pengeluaran urin yang banyak
-       Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme.
b.      Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c.       Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d.      Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
e.       Gangguan sensasi
-       Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
-       penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
-       berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia).
F.     Pemeriksaan Diagnostik
1.      EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2.      CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo)
3.      MRI
4.      Fluorodopa positron emission tomografi
5.      Eaclopride imaging of dopamine D2 receptors dan single photon emission computed tomografi dari striatal dopamine re-uptake. Satu penelitian mengungkapkan bahwa sonografi parenkim otak mungkin memiliki spesifikasi yang tinggi dalam membedakan penyakit Parkinson dengan atypical parkinsonism; walau bagaimanapun, hyperechogenicity yang abnormal dapat ditemukan tidak hanya pada penyakit Parkinson, melainkan juga pada tremor essential.
G.    Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.
H.    Penatalaksanaan Medis
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
1.      Terapi Obat-obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a.       Antikolinergik
Benzotropine (Cogentin), trihexyphenidyl (Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan.
b.      Carbidopa/levodopa
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.
Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya dan mengurangi efek sampingnya.
Efek samping levodopa dapat berupa:
-           Neusea, muntah, distress abdominal
-           Hipotensi postural
-           Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system konduksi jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.
-           Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
-           Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.
-           Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia yaitu gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh. Respon penderita yang mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin berkurang. 1
c.       COMT inhibitors
Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Untuk mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang menggunakan obat levodopa. Tolcapone adalah penghambat enzim COMT, memperpanjang efek L-Dopa. Tapi karena efek samping yang berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan. Jenis yang sama, entacapone, tidak menimbulkan penurunan fungsi liver.
d.      Agonis dopamine
Agonis dopamin seperti bromokriptin (Parlodel), pergolid (Permax), pramipexol (Mirapex), ropinirol, kabergolin, apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson.
Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik.
e.       MAO-B inhibitors
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Yaitu untuk mengaluskan pergerakan.
Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia. Kombinasi dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian, yang sampai saat ini tidak bisa diterangkan secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini adalah stomatitis.
f.       Amantadine (Symmetrel)
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.
g.      Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak, maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk maksud ini dapat digunakan karbidopa atau benserazide ( madopar ). Dopamin dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih banyak levodopa yang dapat menembus sawar-otak-darah, untuk kemudian dikonversi menjadi dopamine di otak. Efek sampingnya umunya hampir sama dengan efek samping yang ditimbulkan oleh levodopa.
  1. Deep Brain Stimulation (DBS)
Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan elektroda yang memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi terus-menerus ke dalam otak. Terapi ini disebut deep brain stimulation (DBS). DBS adalah tindakan minimal invasif yang dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan minimal untuk mencangkokkan alat medis yang disebut neurostimulator untuk menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target di dalam otak yang terlibat dalam pengendalian gerakan.
Terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus. Stimulasi ini digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor. Terapi ini memberikan kemungkinan penekanan pada semua gejala dan efek samping, dokter menargetkan wilayah subthalamic nucleus (STN) dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah stimulasi elektris. Pilihan wilayah target tergantung pada penilaian klinis.
DBS kini menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik dengan kemajuan pembedahan terkini kepada para pasien dengan penyakit parkinson. DBS direkomendasikan bagi pasien dengan penyakit parkinson tahap lanjut (stadium 3 atau 4) yang masih memberikan respon terhadap levodopa.
Pengendalian parkinson dengan terapi DBS menunjukkan keberhasilan 90%. Berdasarkan penelitian, sebanyak 8 atau 9 dari 10 orang yang menggunakan terapi DBS mencapai peningkatan kemampuan untuk melakukan akltivitas normal sehari-hari.
  1. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya.
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
4.      Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik yang menyediakan umpan balik indera pendengar atau frequency auditory feedback (FAF) untuk meningkatkan kejernihan suara.
5.      Terapi gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah GDNF. Infus GDNF (glial-derived neurotrophic factor) pada ganglia basal dengan menggunakan implant kathether melalui operasi. Dengan berbagai reaksi biokimia, GDNF akan merangsang pembentukan L-dopa.
6.      Pencangkokan syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan. Percobaan pertama yang dilakukan adalah randomized double-blind sham-placebo dengan pencangkokan dopaminergik yang gagal menunjukkan peningkatan mutu hidup untuk pasien di bawah umur.
7.      Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah parah di mana terapi dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.
  1. Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamine agonis, dan complek I mitochondrial fortifier coenzyme Q10.
  1. Nutrisi
Beberapa nutrient telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian digunakan secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L- Tyrosin yang merupakan suatu perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar 70 % dalam mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting dalam biosintesis L-dopa mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap 110 pasien.
THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor koenzim dalam biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah dibanding L-Tyrosin dan zat besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide dismutase dan katalase untuk menetralkan anion superoxide yang dapat merusak sel.
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki struktur dan fungsi mirip dengan koenzim Q10.
10.  Qigong
Terdapat dua penelitian mengenai qigong pada penyakit bParkinson. Dalam percobaan di Bonn, studi terhadap 56 pasien didapatkan peningkatan gejala motorik dan non-motorik di antara pasien yang melakukan latihan qigong terstruktur 1 kalin seminggu selama 8 minggu. Penulis berspekulasi bahwa gambaran aliran energy yang membantu peningkatan dalam movement pasien.
Namun demikian studi kedua menunjukkan qigong tak efektif pada penyakit Parkinson. Dalam studi tersebut, peneliti menggunakan randomized cross-over trial untuk membandingkan latihan aerobic dengan qigong pada penyakit Parkinson tahap lanjut.dua kelompok pasien PD dinilai, kemudian melakukan 20 sesi baik latihan aeronik maupun qigong, dinilai lagi, kemudian setelah selang 2 bulan, ditukar dengan 20 sesi lainnya, kemudian dinilai lagi. Penulis mendapatkan peningkatan kemampuan motorikdan fungsi kardiorespirator setelah mengikuti latihan aerobic, tetapi tak mendapatkan manfaat setelah mengikuti qigong.
  1. Botox
Baru-baru ini, injeksi Botox sedang diteliti sebagai salah satu pengobatan non-FDA di masa mendatang.
I.       Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian.
Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.
PD sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian.
Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakn pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.






KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PENYAKIT PARKINSON
A.    Pengkajian
1.      Keluhan Utama
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya reflek postural.
2.      Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayathipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat antikoagulan, aspirin, vasodilatator, antikolinergik dalam waktu lama.
3.      Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita hipiertensi dan diabetes mellitus. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
4.      Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluhkan tremor, perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak, sulit menelan, konstipasi, dab gangguan kandung kemih.
5.      Pemeriksaan fisik
-          Keadaan umum : adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan adanya penurunan frekuensi nafas.
-          Breating : hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
-          Inspeksi : klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas dan penggunaan otot bantu nafas.
-          Palpasi : ditemukan taktil premitus seimbang kanan kiri.
-          Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
-          Auskultasi : bunyi nafas tambahan.
-          Blood : hipotensi postural
-          Brain : perubahan gaya berjalan, tremor, dan kaku.
-          Bladder : penurunan reflex kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
-          Bowel : pemenuhan nutrisi berkurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot, dan adanya tremor menyeluruh.
-          Bone : kesulitan beraktifitas secara keseluruhan karena kelemahan, kelelahan otot, dan tremor. Adanya gangguan keseimbangan dalam melakukan pergerakan.
B.     Diagnosis Keperawatan
1.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
2.      Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/kordinasi
3.      Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas
4.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubunh yang berhubungan dengan tremor, perlambatan proses makan, kesulitan mengunyah dan menelan.
5.      Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara berlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot wajah
6.      Deficit pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.
C.    Intervensi
  1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
Tujuan : kliem mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kreteria hasil : klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi
Rasional
Kaji mobilitas dan observasi peningkatan kerusakan motorik
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Lakukann program latihan dan peningkatan kekuatan otot
Meningkatkan kordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekakuan otot dan mencegah kontraktur
Lakukan latihan postural
Melawan kecemderunga kepala dan leher tertarik ke depan dan kebawah
Ajarkan teknik berjalan khusus
-          Ajarkan untuk berkonsentrasi Pada berjalan tegak
-          Anjurkan klien latihan berjalan dengan diiringi music karena memberikan rangsangan sensorik
-          Latihan bernafas sambil berjalan
-          Lakukan periode istirahat untuk mencegah kelelahan
Untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecanderungan tubuh condong ke depan
Anjurkan mandi air hangat dan masase otot
Membantu otot rileks dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan
Bantu klien melakukan ROM
Memelihara fleksibilitas sendi
  1. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/kordinasi
Tujuan ; perawatan diri klien terpenuhi
Kreteria hasil : klien menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri.
Intervensi
Rasional
Modifikasi lingkungan
Untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi
Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air kecil
Ketidakmampuan komunikasi dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih
Antarkan klien ke kamar mandi
Untu memudahkan klien melakukan aktivitas perawatan diri
Anjurkan dan dukung klien selama aktivitas
Dukunagn dapat meningkatkan perawatan diri
Identifikasi kebiasaan buang air besar, anjurkan minum dan meningkatkan aktifitas
Meningkatkan aktifitas dan menolong menghindari konstipasi.
Kolaborasi; pemberian supositoria dan pelumas feses
Menghindari konstipasi
  1. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas
Tujuan : kebutuhan eliminasi terpenuhi
Kreteria hasil : klien dapat defekasi secara spontan, konsistensi feses lembek, bising usus normal
intervensi
Rasional
Monitor adanya konstipasi
Mengetahui adanya konstipasi
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
Klien dan keluarga akan mengerti penyebab konstipasi
Modifikasi defekasi yang teratur, anjurkan klien makan makanan berserat
Mencegah konstipasi
Berikan asupan cairan yang cukup
Mempertahankan konsistensi feses yang sesuai dan membantu eliminasi regular
Kolaborasi : pemberian pelunak feses (laksatif, supositoria, enema)
Meningkatkan efisiensi pem,basahan air pada usus

  1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubunh yang berhubungan dengan tremor, perlambatan proses makan, kesulitan mengunyah dan menelan.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kreteria Hasil : mengerti tentang pentingya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan peningkatan berat badan
Intervensi
Rasional
Evaluasi kemampuan makan klien
Mengetahui kemampuan makan klien
Observasi berat badan
Kehilangan berat badan dapat menunjang kandunagn glikogen dalam otot, dan kepekaan pemasangan ventilator
Kaji fungsi sistem gastrointestinal meliputi bising usus, catat adany mual dan muntah
Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk asupan makanan.
Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung
Mencegah terjadinya dehidrasi dan konstipasi
Kolabolarasi : pemeriksaan labolatorium seperti serum, BUN, dan glukosa
Memberikan informasi yang tepet tentang nutrisi yang dibutuhkan klien.
  1. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara berlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot wajah
Tujuan : klien mampu membuat metode komunikasi yang dapat dimengerti, klien dapat meningkatkan komunikasi
Kreteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada
Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan klien berkomunikasi
Mengetahui kemampuan klien berkomunikasi
Menentukan cara komunikasi seperti kontak mata, menggunakan tulisan, bahasa isyarat.
Membuat klien tertarik untuk berkomunikasi, membantu mamanuhi kebutuhan klien
Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan klien
Membantu mempertahan perasaan kontak dan menghindari sikap kaku

6.      Deficit pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.
Tujuan ; informasi dapat diterima klien
Kreteria hasil : klien mampu mengulang informasi yang diberikan
Intervensi
Rasional
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan kesehatan dirumah
Mengetahui tingkat pengetahuan dan pendidikan akan memudahkan perawat dalam memberikan informasi
Jelaskan pentingnya perawatan kesehatan dirumah Pada klien dan keluarga
Agar klien mampu beradaptasi dan mampu menghadapi penyakit
Beri dukungan pada keluarga dalam merawat klien
Agar keluarga tidak merasa stress dalam merawat klien dengan Parkinson
Fasilitasi anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaannya
Memudahkan perawat untuk mengetahui perasaan keluarga
Berikan klien dan keluarga informasi tentang pengobatan dan perawatan
Agar dapat bekerjasama dalam memberikan perawatan




DOWNLOAD
 

Blog Kesehatan - S1 Keperawatan Copyright © 2012 Flower Garden is Designed by www.upik.tk Flower Image by heldaupik.blogspot.com