PARTOGRAF
A. Definisi Partograf
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk
merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan (Farrer, 2001). Partograf adalah alat bantu untuk memantau
kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan
untuk memantau keadaan ibu dan janin, menemukan adanya persalinan abnormal,
yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan bedah kebidanan dan menemukan
disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan menjadi macet (Sumapraja,
1993).
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi
berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan
sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I
persalinan (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Partograf dipakai
untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam
mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4
cm (fase aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin
tanpa memandang apakah persalinan itu normal atau komplikasi (Saifuddin, 2002).
Partograf
merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan
berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.
Gambaran
partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis
perjalanan waktu (horisontal).
B. Tujuan Partograf
Tujuan
utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1.
Mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2.
Mendeteksi
apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat
melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes
RI, 2007).
3.
Data
pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir.
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir.
Jika
digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan.
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3. Mencatat asuhan yang diberikan
selama persalinan dan kelahiran.
4. Menggunakan informasi yang tercatat
untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
5. Menggunakan informasi yang ada untuk
membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala
dicatat pada bentuk grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor
proses persalinan dan kelahiran serta mendeteksi dengan cepat
komplikasi-komplikasi agar petugas kesehatan dengan cepat dapat membuat
intervensi yang perlu serta memastikan kesejahteraan ibu dan bayi
(PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal
1.
Kematian ibu atau kematian bayi atau
keduanya
2.
Rupture uteri
3.
Infeksi / sepsis puerperal
4.
Perdarahan postpartum
5.
Fistel
C.
Penggunaan Patograf
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif
kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik
persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di
semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3. Secara rutin oleh semua penolong
persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran
(Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
4. Penggunaan partograf secara rutin
akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat
waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Partograf
mulai diisi bila :
1. Ibu yang masuk dalam persalinan :
a) fase laten (pembukaan < 3 cm),
his teratur, frekuensi min.2x/10’, lamanya<20″.
b) fase aktif (pembukaan >3cm), his
teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20″.
2.
Masuk
dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
a) bila infus oksitosin dimulai
b) bila persalinan dimulai
3.
Masuk
untuk induksi persalinan :
a)
pemecahan
ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
b)
induksi
medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)
c)
bila
persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.
Partograf tidak dibuat pada kasus-kasus :
·
Partus
prematurus
·
Pada
saat MRS pembukaan > 9 cm
·
Akan
dilakukan seksio sesar elektif
·
Pada
saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
·
Bekas
seksio sesar 2 kali
·
Bekas
seksio sesar klasik
·
Kasus
preeklampsia dan eklampsia
Kondisi
ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
- Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
- Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
- Nadi: setiap 1/2 jam
- Pembukaan serviks setiap 4 jam
- Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
- Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
- Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Jika
ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
Nilai
suatu partograf meliputi :
a.
Pencatatan yang jelas
b.
Urutan waktu yang jelas
c.
Diagnosis suatu kemajuan persalinan yang
abnormal
d.
Memudahkan saat penggantian staf atau
gilliran dinas
e.
Untuk pendidikan
f.
Untuk penelitian
D. Partograf
WHO
Sesuai standarisasi WHO (World
Health Organization), untuk digunakan di pelosok-pelosok negara berkembang atau
miskin, supaya mudah digunakan oleh pelayan kesehatan di sarana terbatas. Jika
dinilai ada masalah yang memerlukan intervensi, dapat segera diusahakan untuk
dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih baik.
Dengan partograf WHO dapat dinilai
kapan diperlukan tindakan untuk menyelesaikan proses persalinan dengan :
1)
Perlu
atau tidaknya dirujuk,
2)
perlu
atau tidaknya induksi infus oksitosin, dan
3)
perlu
atau tidaknya operasi sectio cesarea.
Penelitian
partograf WHO dilakukan multisentral di Indonesia (4 rumahsakit), Thailand (2
rumahsakit) dan Malaysia (2 rumahsakit) selama 15 bulan (Januari 1990 – Maret
1991), menghasilkan modul / form partograf yang sekarang banyak dipakai di
mana-mana.
Garis Waspada / Tindakan
1. daerah sebelah kiri garis waspada
merupakan garis observasi
2. daerah di antara garis waspada dan
garis tindakan merupakan daerah perlu pertimbangan untuk merujuk atau mengambil
tindakan
3. daerah di sebelah kanan garis
tindakan adalah daerah harus segera bertindak.
E.
Bagian-bagian Partograf dan Cara
Pencatatan Partograf
1. Identitas
Identitas
meliputi :
·
Nama, umur
·
Gravida, Para, Abortus
·
Nomor register, nomor catatan medikl/nomor
puskesmas;
·
Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
·
Waktu pecah ketuban janin
2. Kondisi Janin
1)
Denyut
jantung janin
Normal antara 120-160 kali per menit.
Denyut
jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap
titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan).
Pencatatan pada partograf :
a)
Nilai
dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin).
b)
Setiap
kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ.
c)
Catat
DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ.
d)
Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung.
e)
Kisaran
normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100.
Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau
diatas 160.
f)
Untuk
tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal
ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah
satu dari kedua sisi partograf.
2) Air ketuban
Air
ketuban bisa :
·
Utuh (U)
·
Jernih (J)
·
Campur mekonium (M)
·
Kering (K)
Pencatatan pada Partograf
a)
Nilai
air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban
jika selaput ketuban pecah.
b)
Catat
temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ.
lajur DJJ.
c)
Gunakan
lambang-lambang berikut ini:
·
U : selaput ketuban masih utuh (belum
pecah)
·
J
: selaput ketuban sudah pecah dan
air ketuban jemih
·
M
: selaput ketuban sudah pecah dan
air ketuban bercampur mekonium
·
D
: selaput ketuban sudah pecah dan
air ketuban bercampur darah
·
K
:selaput ketuban sudah pecah tapi
air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
d)
Mekonium
dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
selama proses persalinan.
e)
Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut
jantung janin < 100 atau > 180
kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk
kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk
f)
Tetapi
jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir
3) Molase atau penyusupan
Penyusupan adalah indikator penting
tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD).
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD).
Ketidak-mampuan untuk berakomodasi
atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih
(molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk
dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk
tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi
kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
penyisipan
tulang tengkorak janin ditandai dengan :
·
0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura
dapat teraba dengan mudah
·
+ : Tulang tengkorak saling berdekatan
·
++ : Tulang tengkorak tumpang tindih
·
+++ : Tulang tengkorak tumpang tindih
dengan nyata.
Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak
dari ubun-ubun kecil.
Pencatatan
pada partograf :
Catat temuan yang ada di kotak yang
sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang:
·
0:
tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
·
1:
tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
·
2:
tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
·
3:
tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
1.
Kemajuan
Persalinan
1)
Servikograf
Friedman membagi persalinan dalam 2
fase, yaitu :
a. Fase
I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm. Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm. Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.
b. Fase
II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm).
sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Pemeriksaan dalam vagina dilakukan
saat pasien masuk rumah sakit,
dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara.
dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara.
Pembukaan mulut rahim dicatat
dengan tanda “X”. Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda “X”
diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya pasien ditulis dibawah
tanda “X”. Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam
fase laten kemudian masuk kedalam fase
aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
Untuk menentukan seberapa jauh
bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1) H
I : Sama dengan pintu atas panggul
2) H
II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis pubis
3) H
III : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika
4) H
IV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus.
Porsio
dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.
atau melepasnya porsio.
Pencatatan
pada Partograf
a) Kolom dan lajur kedua pada partograf
adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom
paling kiri adalah besamya dilatasi serviks.
b) Nilai setiap angka sesuai dengan
besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak
tersendiri.
c) Perubahan nilai atau perpindahan
lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1
cm.
d) Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan
waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi
uterus dan frekuensi nadi ibu.
Pembukaan serviks
a) nilai dan catat pembukaan serviks
setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
b) Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,
catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan.
c) Tanda 'X' harus dicantumkan di garis
waktu yang sesuai dengan lajur
besamya pembukaan serviks.
besamya pembukaan serviks.
d) Pilih angka pada tepi kiri luar
kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya pembukaan serviks pada fase
aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
e) Untuk pemeriksaan pertama pada fase
aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus
dicantumkan pada garis waspada.
f) Pilih angka yang sesuai dengan
bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau
titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
g) Hubungkan tanda 'X' dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)
2)
Penurunan
bagian terbawah janin
Pencatatan
pada partograf
a) Setiap kali melakukan periksa dalam
(setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tandatanda penyulit).
b) Cantumkan hasil pemeriksaan
penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
c) Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi
ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks
mencapai 7 cm.
d) Tulisan "Turunnya kepala"
dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka
pembukaan serviks.
e) Berikan tanda '0' yang ditulis pada
garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di garis angka 4.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di garis angka 4.
f) Hubungkan tanda '0' dari setiap
pemeriksaan dengan
garis tidak terputus.
garis tidak terputus.
3)
Garis
waspada dan garis bertindak
Pencatatan
pada partograf
a) Garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
b) Pencatatan selama fase aktif
persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus
dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks
kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll)
c) Pertimbangkan perlunya melakukan
intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya : persiapan rujukan ke
fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan
untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri.
d) Garis bertindak tertera sejajar dan
di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui
dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu
diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
1.
Jam
dan Waktu
1)
Waktu mulainya fase aktif persalinan
Pencatatan pada Partograf :
a) Di bagian bawah partograf (pembukaan
serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12.
b) Setiap kotak menyatakan satu jam
sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2)
Waktu aktual saat pemeriksaan atau
penilaian
Pencatatan pada partograf
a) Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya
fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan.
b) Setiap kotak menyatakan satu jam
penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan
dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi
dan nadi ibu di bagian bawah.
c) Saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan
waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
d) Sebagai contoh, jika hasil periksa
dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan
tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di
sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di
bawah
lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
2.
Kontraksi
uterus
·
Frekuensi
kontraksi dalam waktu 10 menit
·
Lama
kontraksi (dalam detik) .
·
Obat-obatan
dan cairan yang diberikan: Oksitosin, Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang
diberikan.
Pencatatan pada partograf
1.
Di
bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi
per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri.
2.
Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
3.
Nyatakan
jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan
dari hasil pemeriksaan kontraksi .
4.
Sebagai
contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
5.
Kontraksi uterus dihitung per 10
menit, terbagi atas :
·
Kurang 20 detik : Beri titik-titik di kotak yang
sesuai
·
20-40 detik : Dengan arsiran
·
Lebih 40 detik : Dihitamkan
6.
Obat
obatan yang diberikan
1)
Oksitosin
Hal yang diperhatikan :
·
Jumlah unit per 500 cc
·
Jumlah tetesan per menit
Pencatatan pada Partograf
Jika
tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per
menit.
2)
Obat-obatan
dan cairan intravena
Pencatatan pada Partograf
Catat
semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya.
7.
Kondisi
Ibu
1)
Nadi
dan tekanan darah ibu
Bagian
terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih
sering bila ada indikasi (edema, hipertensi).
Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih
sering bila ada indikasi (edema, hipertensi).
Pencatatan
pada Partograf
a) Angka di sebelah kiri bagian
partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
b) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30
menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jikadiduga adanya penyulit).
c) Beri tanda titik (.) pada kolom
waktu yang sesuai.
d) Nilai dan catat tekanan darah ibu
setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya
penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
2)
Temperatur
Pencatatan
pada Partograf
Nilai
dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak
atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak
yang sesuai.
3)
Urin
Yang diukur :
·
Volume
·
Albumin
·
Glukosa
Pencatatan
pada partograf
a) Ukur dan catat jumlahjproduksi urin
ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkernih).
b) Jika memungkinkan, setiap kali ibu
berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin
c) Jika memungkinkan, untuk tujuan
praktis, gunakan kertas celup berbagai indikator (strip-test) : dapat juga
mendeteksi pH, glukosa, bilirubin, leukosit-esterase dan sebagainya, dalam satu
kali pemeriksaan kertas yang dicelupkan.
8.
Asuhan, pengamatan dan keputusan
klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil
pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan
terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis
mencakup:
a) Jumlah
cairan per oral yang diberikan
b) Keluhan
sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
c) Konsultasi
dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum)
d) Persiapan
sebelum melakukan rujukan
A. Pencatatan
pada lembar belakang Partograf
Halaman
belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Bagian ini disebut
sebagai Catatan Persalinan.
Nilai
dan catatan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama
persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi
ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan
kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan
persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan
persalinan yang dan bersih aman.
Catatan
persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
1. Data dasar
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
5. Bayi baru lahir
6. Kala IV
Cara
pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang
harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi
setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan
persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan
menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
1.
Data dasar
Data
dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat
merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan
cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2.
Kala I
Kala
I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil
penatalaksanaan tersebut.
3.
Kala II
Kala
II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4.
Kala III
Kala
III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir >
30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
5.
Bayi baru lahir
Informasi
tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta,
penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan
serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6.
Kala IV
Kala
IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan
pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada
satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam
berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab
pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes
RI, 2007).
Contoh lembar partograf
Daftar Pustaka
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi
2. Jakarta : EGC.
Ida Bagus
Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta :
ECG
Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
DOWNLOAD LENGKAP
DOWNLOAD LENGKAP