Rabu, 11 April 2012

AsKep Anak dengan Anemia


Menurut definisi, anemia adalah pengurangan julmal sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volum pada sel darah merah (hematokrit) /100 ml darah (price, 1996).

Etiologi
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritropoisis, seperti : asam folat, vitamin b12 dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tulang tertekan(oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoitin. Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan.

Klasifikasi Anemia
 
A. Anemia Defisiensi Besi

    Anemia defisiensi besi adalah anemia yag disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
     
    Etiologi
    • Asupan besi yang kurang pada jeniis makanan Fe non-heme, muntah berulang pada bayi, dan pemberian makanan tambahan yang tidak sempurna
    • Malabsorbsi pada enteritis dan proses malnutrisi (PEM)
    • Kehilangan atau pengeluaran besi berlebihan pada perdarahan saluran cerna kronis seperti pada diventrikulum Meckel, poliposis usus, alergi susu sapi, dan infestasi cacing
    • Kebutuhan besi yang meningkat oleh karena pertumbuhan yang cepat pada bayi dan anak, infeksi akut berulang, dan infeksi menahun
    • Depo besi yang kurang seperti pada berat badan lahir rendah, kembar
    • Kombinasi dari etiologi di atas
     
    Faktor Predisposisi
    • Status hematologic wanita hamil
    • Berat badan lahir rendah
    • Partus , dimana terjadi kelahiran abnormal dan pengikatan tali pusar terlalu dini
    • Pemberian makanan yang tidak adekuat karena ketidaktahuan ibu, perilaku pemberian makan, keadaan social, jenis makanan
    • Infeksi menahun dan infeksi akut berlangsung
    • Infestasi parasit, seperti ankilostoma, trichuris trichiura, dan amuba
     
    Manifestasi Klinis
    Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, mudah lelah, pucat, sakit kepala, atau iritabel. Pucat terlihat pada mokusa bibir, faring, telapak tangan, dasar kuku, dan konjungtiva. Papil lidah atrofi, jantung agak membesar. Tidak ada pembesaran limpa dan hati, serta tidak terdapat iastesis hemoragik.

    Pemeriksaan Penunjang
    Kadar hemoglobin kurang dari 10g/dl, mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target, serum iron (SI) rendah, dan Iron Binding Capasity (IBC) meningkat.
    Hasil pemeriksaan sumsum tulang sistem eritropoitek hiperaktif dengan sel normoblas poikromatofil yang predominan.

    Diagnosis
    Ditegakkan atas dasar ditemukannyapenyebab defisiensi besi dari anamnesis dan secara klinis didapatkan pucat tanpa organomegali, gambaran erirosit mikrositik hipokrom, Si rendah, dan IBC meningkat, tidak terdapat besi dalam sumsum tulang, dan bereaksi baik terhadap pengobatan dengan preparat besi.

    Penatalaksanaan
    1. Pengobatan kausal
    2. Makanan yang adekuat
    3. Pemberian preparat besi (sulfas perosus) 3 x 10 mg/ kg BB perhari
    4. Tranfusi darah diberikan bila Hb kurang 5 gr/dl dan disertai dengan keadaan buruk
B. Anemia Aplastik

Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel hematopoitik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit akibat terhentinya pembentukan sel hemopoitik dalam sumsum tulang.

Etiologi
  • Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosepali, strabismus, anomaly jari, kelainan ginjal, dsb.
  • Faktor didapat : bahan kimia (benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb, ), obat, radiasi, faktor individu, infeksi, keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin dan idiopatik.

Manifestasi Klinis
Pucat, lemah, perdarahan, demam, tanpa organomegali.

Pemeriksaan Penunjang
Gambaran darah tepimenunjukkan transitopenia dan limpositosis relative. Dari pemeriksaan sumsum tulang didapatkan yaitu gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan jaringan lemak, aplasia sistem eritopoitik, granulopoitik, dan trombopoitik.

Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan sumsum tulang.

Diagnosis Banding
Purpura trombositopenia idiopatik (PTI). Autoimun trombositopenia purpura (ATP), leukemia akut aleukemik, leukemia akut stadium praleukemik.

Penatalaksanaan
  • Medikamentosa : kombinasi prednisone (2-5mg/kg berat badan perhari peroral) dan testosterone (1-2 mg/kg BB perhari parenteral) memberikan angka mortalitas 40 – 50 % sedangakan angka ini dengan pemberian kombinasi prednisone denagn oksimetolon (1 – 2 mg/kg BB perhari peroral) adalah 30 – 40 %.
  • Tranfusi darah hanya diberikan bila diperlukan karena tranfusi darah yang terlampau sering dapat menekan sumsum tulang atau menyebabkan timbulnya reaksi hemolitik.
  • Pengobatan infeksi sekunder : sebaiknya anak diisolasi dalam ruang suci hama, pilih antibiotic yang tidak mendepresi sumsum tulang.
  • Makanan : disesuaikan dengan keadaan anak, umumnya diberikan makanan lunak
  • Istirahat : untuk mencegah pendarahan, terutama perdarahan otak
  • Menghindari bahan kimia yang diduga sebagai penyebab.

Prognosis
Prognosis yang lebih baik ditunjukkan oleh kadar HbF yang lebih dari 200mg%, jumlah granulosit lebih dari 2000/mm3, dan pencegahan infeksi sekunder yang baik. Gambaran sumsum tulang yang hiposeluler memberikan prognosis yang lebih baik dibandingkan yang aseluler.

Asuhan Keperawatan Anemia

Pengkajian
  1. Aktivitas / Istirahat
    • Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
    • Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
    • Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
    • Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
    • Ataksia, tubuh tidak tegak
    • Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan keletihan
  2. Sirkulasi
    • Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
    • Palpitasi (takikardia kompensasi)
    • Hipotensi postural
    • Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T
    • Bunyi jantung murmur sistolik
    • Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
    • Sclera biru atau putih seperti mutiara
    • Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi kompensasi)
    •  Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
    • Rambut kering, mudah putus, menipis
  3. Eliminasi
    • Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
    • Flatulen, sindrom malabsorpsi
    • Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
    • Diare atau konstipasi
    • Penurunan haluaran urine
    • Distensi abdomen
  4. Makanan / cairan
    • Penurunan masukan diet
    • Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
    • Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
    • Adanya penurunan berat badan
    • Membrane mukusa kering,pucat
    • Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
    • Stomatitis
    • Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
  5. Neurosensori
    • Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
    • Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
    • Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
    • Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
    • Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
    • Hemoragis retina
    • Epistaksis
    • Gangguan koordinasi, ataksia
  6. Nyeri/kenyamanan
    • Nyeri abdomen samar, sakit kepala
  7. Pernapasan
    • Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
    • Takipnea, ortopnea dan dispnea

Diagnosa Keperawatan

Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan perfusi yang adekuat
Kriteria Hasil :
  • Tanda-tanda vital stabil
  • Membran mukosa berwarna merah muda
  • Pengisian kapiler
  • Haluaran urine adekuat
Intervensi :
Intervensi Rasional
Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan intervensi.
Auskultasi bunyi napas dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama/peningkatan kopensasi curah jantung.
Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia
Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat. vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer
Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi.
Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan
Berikan oksigen sesuai indikasi memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan
Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi. transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.


Diagnosa Keperawatan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan berat badan yang stabil
Kriteria Hasil :
  • Asupan nutrisi adekuat
  • Berat badan normal
  • Nilai laboratorium dalam batas normal Albumin : 4 – 5,8 g/dL
  • Hb : 11 – 16 g/dL
  • Ht : 31 – 43 %
  • Trombosit : 150.000 – 400.000 µL
  • Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012
Intervensi :
Intervensi Rasional
Observasi dan catat masukan makanan anak mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi
Observasi mual / muntah, flatus. gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ
Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan yang lembut meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh / luak / perdarahan.
Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan
Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.
Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal meningkatkan masukan protein dan kalori.


Diagnosa Keperawatan

Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan pola defekasi yang normal.
Kriteria Hasil :
  • Frekuensi defekasi 1x setiap hari
  • Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah
  • Bising usus dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi Rasional
Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah. membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan intervensi yang tepat
Auskultasi bunyi usus. bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
Hindari makanan yang menghasilkan gas. menurunkan distensi abdomen
Berikan diet tinggi serat serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestina
Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi. mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi
Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis Metamucil. menurunkan motilitas usus bila diare terjadi


Diagnosa Keperawatan

Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria Hasil :
  • Tanda – tanda vital dalam batas normal
  • Anak bermain dan istirahat dengan tenang
  • Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
  • Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan
Intervensi :
Intervensi Rasional
Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Observasi adanya tanda – tanda keletihan : takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang – kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang membantu menetukan intervensi yang tepat
Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak. mencegah kelelahan
Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri


Diagnosa Keperawatan

Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
  • Tanda – tanda vital dalam batas normal
  • Leukosit dalam batas normal
  • Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak
Intervensi :
Intervensi Rasional
Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam demam mengindikasikan terjadinya infeksi.
Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.
Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan. mencegah infeksi nosokomial
Observasi hasil pemeriksaan leukosit. lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi


Evaluasi Keperawatan
  • Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
  • Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil
  • Menunjukkan pola defekasi normal
  • Mengalami peningkatan toleransi aktivitas
  • Infeksi tidak terjadi

Selasa, 03 April 2012

Patologi Ilmu


A.    Pengertian Patologi
Patologi adalah ilmu atau studi mengenai penyakit. Dalam maknanya yang paling luas, patologi secara harfiah adalah biologi abnormal. Studi mengenai proses-proses biologic yang tidak sesuai, atau studi mengenai individu yang sakit atau terganggu. Sebagai suatu ilmu biologic dasar patologi mencakup bidang-bidang seperti patologi tanaman, patologi serangga, patologi kedokteran hewan dan patologi komparatif, serta patologi manusia.
Dalam konteks kedokteran manusia, patologi tidak hanya merupakan ilmu dasar atau teoritik, tetapi juga merupakan spesialisasi kedokteran klinis.
Patologi adalah bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit yang disebabkan karena perubahan struktur dan fungsi dari sel dan jaringan tubuh. Keadaan tubuh yang sakit disebabkan karena adanya gangguna yang menyebabkan menimbulkan sakit. Kerusakan atau gangguan terdapat pada sel dan jaringan tubuh atau fungsi yang menyimpang menggangggu tubuh sebagian dan seluruhnya.
Patologi adalah cabang ilmu pengobatan yang berkaitan dengan sebab-sebab penyakit dan prosesnya serta pengaruhnya terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia. Semua dokter terlibat secara luas dengan ilmu patologi, tetapi patologi secara khusus mengkaji proses penyakit dengan pengujian terhadap jaringan-jaringan dan cairan-cairan tubuh yang ditemukan selama pembedahan atau autopsy.
Dua cabang besar patologi adalah patologi jaringan atau patologi anatomis dan patologi klinis. Patologi anatomi didasarkan pada pengujian organ-organ dan jaringan-jaringan secara langsung untuk menentukan sifat, tingkat dan ramalan terhadap penyakit pasien, seperti dalam biopsy atau untuk menjelaskan sebab-sebab kematian pasien dalam suatu autopsy. Patologi klinis melibatkan prosedur-prosedur laboratorium untuk menentukan pemusatan berbagai zat biokimia di dalam cairan tubuh, kumpulan sel-sel dan bentuk-bentuknya di dalam darah, sumsum tulang, dan jaringan-jaringan lain, fungsi-fungsi organ seperti hati, ginjal, status sistem kekebalan, dan identifikasi organisma-organisma yang menular.

Menurut Chaplin, Patologi (pathology) adalah pengetahuan tentang penyakit atau gangguan. Atau, satu kondisi penyakit atau gangguan. Sedang psikopatologi (psychopathology) adalah cabang psikologi yang berkepentingan untuk menyelidiki penyakit atau gangguan mental dan gejala-gejala abnormal lainnya.
Peran patologi ialah sebagai penghubung antara ilmu kedokteran dasar dan ilmu kedoktran klinis. Berfungsi sebagai jembatan yang merupakan titian bagi seorang dokter dalam upaya menyembuhkan suatu penyakit pada pasien. Ketepatan diagnosis dan pengobatan atau kemampuan membuat keputusan yang tepat dari suatu pengamatan. tentang penyakit bergantung kepada pijakan patologi yang akan menentukan kapan dan bagaimana seorang dokter mempergunakan kecakapannya untuk menyembuhkan pasien.
Kedudukan Patologi di dalam ilmu kedokteran diibaratkan sebagai batang dan cabang dari suatu pohon ilmu kedokteran yang akarnya ialah ilmu dasar dan daunnya ialah praktek klinis.
Patologi Anatomik merupakan bagian dari ilmu Patologi yang menelaah perubahan morfologi dan fungsi sel atau jaringan tubuh pada penyakit dan meliputi histopatologi, sitopatologi, histokimia, imunologi.

B.    Pembagian Patologi

Patologi meliputi 3 bagiann:
  1. Menyelidiki berbagai sebab dan tejadinya penyakit, pathogenesis.
  2. Menyelidiki perubahan yang terjadi dalam tubuh (morfologi), dapat diselidiki dengan secara :
    1. Anatomi     : Patologi Anatomi
    2. Histologi    : Patologi Histologi
    3. Sitologi    : Patologi Sistologi
  3. Menyelidiki fungsi tubuh yang mengalami gangguan atau kelainan (sakit)
    1. Sistemik disease : penyakit yang menyerang seluruh tubuh
    2. Organic disease : penyakit yang menyerang sebagian tubuh

C.    Cabang Patologi

a.    Patologi bedah
Patologi bedah adalah daerah praktek terpenting dan memakan waktu bagi kebanyakan patolog anatomi. Patologi bedah melibatkan pemeriksaan kasar dan mikroskopik spesimen bedah, seperti biopsi yang dibawa oleh dokter bukan bedah seperti dokter penyakit dalam, kulit, dan radiolog intervensi.

b.    Sitopatologi
Sitopatologi adalah cabang ilmu patologi anatomi yang berurusan dengan pemeriksaan mikroskopis atas sel seseorang secara keseluruhan yang diperoleh dari usapan atau aspirasi jarum tajam. Sitopatolog dilatih untuk melakukan aspirasi jarum tajam dari organ, massa, ataupun kista yang terletak di permukaan, dan sering bisa memuat diagnosis segera dalam kehadiran pasien dan dokter yang mengajukan konsul. Dalam kasus uji tapis seperti apus Papanicolaou, sitoteknolog yang bukan dokter sering diminta melakukan tinjauan awal, dengan kasus yang satu-satunya positif maupun tak pasti yang diuji oleh patolog.

c.    Patologi molekuler
Patologi molekuler adalah cabang ilmu yang tumbuh dalam patologi anatomi yang berfokus pada penggunakan teknik berdasar asam nukleat seperti hibridisasi in situ, reaksi berantai polimerase transkriptase balik, dan mikroarray asam nukleat untuk studi penyakit khusus pada jaringan dan sel. Patologi molekuler menerima beberapa aspek praktis patologi anatomi dan klinik, dan terkadang dianggap bidang "lintas ilmu".

d.    Patologi autopsi
Patolog anatomi umum dilatih melakukan autopsi, yang digunakan untuk menentukan berbagai faktor yang menyebabkan kematian seseorang. Otopsi penting dalam pendidikan medis para klinikus, dan dalam usaha untuk memperbaiki dan memverifikasi kualitas perawatan medis. Diener adalah tokoh bukan dokter yang membantu patolog pada porsi otopsi diseksi kasar. Otopsi mewakili kurang dari 10% beban kerja patolog di Amerika Serikat.[2] Namun, autopsi adalah pusat persepsi publik di bidang ini, khususnya karena penggambaran patolog di acara televisi seperti Quincy, M.E. dan Silent Witness.

e.    Patologi forensik
Patolog forensik menerima pendidikan subspesialis dalam menentukan penyebab kematian dan informasi lain yang relevan secara hukum dari tubuh seseorang yang mati dalam keadaan non-medis maupun kemungkinan kejahatan. Autopsi mencakup kebanyakan, namun tak semua kerja patolog forensik yang berpraktek, dan patolog forensik adakalanya berkonsultasi untuk memeriksa yang selamat dari serangan kejahatan.

f.    Patologi Anatomi
Ahli patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologi tubuh.
Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel. Di banyak negeri, dokter yang berpraktek patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi klinik, diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.

Patolog anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna secara klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang umumnya melibatkan pemeriksaan visual kasar dan mikroskopik pada jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan di sekeliling sel. Kini, patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperoleh informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama.

Prosedur yang digunakan dalam patologi anatomi termasuk:
  • Pemeriksaan kasar – pemeriksaan jaringan yang sakit dengan mata telanjang, yang khususnya penting untuk fragmen jaringan yang besar, karena penyakit itu sering dapat dikenali secara visual. Pada tingkat ini jualah patolog memilih daerah yang akan diproses untuk histopatologi. Kadang-kadang mata dapat diberi suryakanta atau mikroskop stereo, khususnya saat memeriksa organisme parasit.
  • Histopatologi – pemeriksaan mikroskopik pada salah satu bagian jaringan yang dicat menggunakan teknik histologis. Cat standar adalah hematoksilin dan eosin, namun lainnya juga ada. Pemakaian kaca mikroskop yang dicat dengan hematoksilin dan eosin untuk menyediakan diagnosis spesifik berdasarkan pada morfologi dianggap sebagai keahlian inti patologi anatomi. Ilmu yang mempelajari pengecatan bagian jaringan disebut histokimia.
  • Imunohistokimia – menggunakan antibodi untuk mendeteksi keberadaan, keberlimpahan, dan lokalisasi protein spesifik. Teknik ini penting untuk membedakan antara gangguan dengan morfologi yang mirip dan juga mencirikan sifat-sifat molekuler kanker tertentu.
  • Hibridisasi in situ – molekul DNA dan RNA spesifik dapat dikenali pada bagian yang menggunakan teknik ini. Bila probe dilabeli dengan celupan berpendar, teknik ini disebut FISH.
  • Sitopatologi – pemeriksaan sel-sel lepas yang dicat pada kaca menggunakan teknik sitologi.
  • Mikroskopi elektron – pemeriksaan jaringan dengan mikroskop elektron, yang memungkinkan pembesaran yang jauh lebih besar, memungkinkan visualisasi organel dalam sel. Penggunaannya telah banyak digantikan oleh imunohistokimia, tapi sering diumumkan untuk tugas tertentu, termasuk diagnosis penyakit ginjal dan pengenalan sindrom silia imotil di antara lainnya.
  • Sitogenetika jaringan - visualisasi kromosom untuk mengenali cacat genetik seperti translokasi kromosom.
  • Imunofenotipe arus - penentuan imunofenotipe sel menggunakan teknik sitometri arus. Amat berguna untuk mendiagnosis jenis-jenis leukemia dan limfoma yang berbeda.


KESIMPULAN
Patologi adalah cabang ilmu pengobatan yang berkaitan dengan sebab-sebab penyakit dan prosesnya serta pengaruhnya terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia.
Dua cabang besar patologi adalah patologi jaringan atau patologi anatomis dan patologi klinis.
Peran patologi ialah sebagai penghubung antara ilmu kedokteran dasar dan ilmu kedoktran klinis. Berfungsi sebagai jembatan yang merupakan titian bagi seorang dokter dalam upaya menyembuhkan suatu penyakit pada pasien.

Patologi meliputi 3 bagiann:
  1. Menyelidiki berbagai sebab dan tejadinya penyakit, pathogenesis.
  2. Menyelidiki perubahan yang terjadi dalam tubuh (morfologi)
  3. Menyelidiki fungsi tubuh yang mengalami gangguan atau kelainan (sakit)
Cabang patologi meliputi
  • Patologi bedah
  • Sitopatologi
  • Patologi molekular
  • Patologi forensic
  • Patologi anatomi
  • Patologi autopsy

Minggu, 01 April 2012

AsKep Meniere


KONSEP DASAR PENYAKIT MENIERE

A.    Pengertian
Penyakit meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan  mempunyai trias gejala yang khas,yaitu gangguan pendengaran,tinnitus dan serangan vertigo (Kapita Selekta Edisi 3)
Pengertian vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.

B.    Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit meniere belum diketahui. Beberapa teori melaporkan beberapa faktor yang dapat menimbulkan penyakit ini :
  1. Gangguan lokal keseimbangan garam dan air yang menyebabkan edema endolimfe.
  2. Gangguan regulasi otonom sistem endoloimfe.
  3. Alergi lokal telinga dalam yang menyebabkan edema dan gangguan kontrol otonom.
  4. Gangguan vaskularisasi telinga dalam, terutama stria vaskularisasi.
  5. Gangguan duktus / sakus endolimfatik yang mengganggu absorbsi endolimfe.
  6. Perubahan hubungan dinamika tekanan perilimfe dan endolimfe yang mungkin berhubungan dengan perubahan anatomik di dalam pembuluh endolimf  dan akua duktus koklea.
  7. Manifestasi lokal labirin pada penyakit sistemik metabolik yang mengenai baik tiroid maupun metabolisme glukosa atau keduanya.
  8. Berkaitan dengan beberapa kelainan os temporal termasuk berkurangnya pneumatisasi dari mastoid dan hipoplasi akuaduktus vestibuler. Kantong endolimf terlalu kecil dan berada dalam posisi abnormal di bawah labirin.
  9. Terdapat bukti adanya penimbunan kompleks imun dalam endolimfe pada pasien dengan penyakit meniere memperkuat dugaan bahwa penyakit ini suatu gangguan imun.
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere

C.    Patofisiologi.
Hidrops (pembengkakan) endolif akibat endolif dalam skala media oleh stria vaskularis terhambat.

D.    Manifestasi Klinik
Meniere ditandai oleh gejala-gejala sebagai berikut :
  • Gejalanya berupa seangan vertigo, mual dan muntah mendadak, yang berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.
  • Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di dalam telinga.
  • Pendengaran di telinga yang terkena berfluktuasi (kadang jelas, kadang kurang) tetapi semakin lama semakin memburuk.
  • Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun selama serangan vertigo.
  • Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.
  • Setelah serangan vertigo mulai, bisa terjadi perbaikan fungsi pendengaran.
  • Pada salah satu bentuk penyakit Meniere, tuli dan tinnitus terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum seangan vertigo.
Tanda dan gejala penyakit meniere berdasarkan tipenya :


A.    Penyakit Meniere vestibular
Penyakit Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.
Tanda dan gejala:
•    Vertigo hanya bersifat episodic
•    Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang sakit
•    Tak ada gejala koklear
•    Tak ada kehilangan pendengaran objektif
•    Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear

B.    Penyakit Meniere klasik
Tanda dan gejala:
•    Mengeluh vertigo
•    Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi
•    Tinitus
•    Penyakit Meniere koklea

C.    Penyakit Meniere koklea
Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.
Tanda dan gejala:
•    Kehilangan pendengaran berfluktuasi
•    Tekanan atau rasa penuh aural
•    Tinnitus
•    Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji
•    Tak ada vertigo
•    Uji labirin vestibuler normal
•    Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler

Tingkat derajat keparahan penyakit Meniere ;
•    Derajat I :
Gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara, pasien sama sekali normal.
•    Derajat II :
Gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
•    Derajat III :
•    Gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulaiberkurang atau menghilang.


E. Pemeriksaan Penunjang
•    Tes gliserin :pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali dan dibandingkan.
•    Audiogram :tuli sensorineural,terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen.
•    Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.
•    Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
•    CT scan atau MRI kepala
•    Elektroensefalografi
•    Stimulasi kalorik

F. Penatalaksanaan
Pasien harus dirawat di rumah sakit, berbaring dalam posisi yang meringankan keluhan diberikan diet rendah garam dan pemberian diuretik ringan.obat-obatan sistomatik anti vertigo seperti dimenhidrinat 3x50 mg atau prometazin 3x25 mg,obat vasodilator perofer seperti papaverin dan betahistin,atau operasi shunt.dapat pulah diberikan obat antiiskemia dan neurotonik.adaptasi dengan latihan dan fisioterapi.

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT MENIERE
A.    Pengkajian
Pemeriksaan fisik biasanya normal kecuali pada evaluasi nervus cranial ke VIII. Garputala (uji weber) akan menunjukkan lateralisasi ke sisi berlawanan dengan sisi yang mengalami kehilangan pendengaran (sisi yang terkena penyakit Meniere).
Dari anamnesis  didapatkan keluhan  telinga berdenging dan ada perasaan penuh pada telinga, ada perasaan pusing yang berputar-putar serta mual dan muntah dan juga gangguan pendengaran.
Terjadi pembengkakan pada rongga endolimfatikus.


B.    Diagnosa Keperawatan
1.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pendengaran
2.    Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
3.    Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan  mual dan muntah
4.    Ansietas berhubungan dengan ancaman/perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
5.    Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.

C.    Intervensi Keperawatan

1.    Gangguan pola tidur berdenganhubungan gangguan pendengaran
Tujuan: Gangguan pola tidur dapat teratasi
Kriteria Hasil :
•    klien tidak terbangun di malam hari
•    Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
Intervensi :
•    Kaji tingkat kesulitan tidur
Rasional: Membantu menentukan pengobatan atau intervensi selanjutnya
•    Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut
Rasional:perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.
•    Arahkan dengan  melakukan relaksasi, contoh:  mendengarkan musik
Rasional: Tehnik relaksasi dapat membantu mengalihkan perhatian terhadap tinnitus
•    Kolaborasi dalam pemberian obat untuk vertigo :Antihistamin, seperti meklizin, Tranquilizer, seperti diazepam
Rasional : Menekan sistem vestibular, digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo
•    Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur
Rasional: membantu memenuhi kebutuhan istirahan

2.    Resiko tinggi cedera b/d perubahn mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.

Tujuan :Tetap bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan/jatuh
Kriteria hasil :
•    Tidak mengalami jatuh akibat gagguan keseimbangan
•    Ketakutan dan ansietas berkurang
•    Melakukan latihan sesuai ketentuan
•    Mengenali sifat rasa penuh atau rasa tekanan di dalam telinga yang terjadi sebelum serangan
•    Segera melakukan posisi horizontal saat pusing
•    Menjaga kepala tetap diam saat pusing
•    Menggunakn obat yang diresepkan secara baik
•    Melaporkan upaya yang dapat mengurangi vertigo
Intervensi :
•    Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.
Rasional : Riwayat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.
•    Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.
Rasional : Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.
•    Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan
Rasional : Latihan  mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
•    Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo aaaaaadan atau obat peneang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
Rasional :Menghilangkan gejala akut vertigo.
•    Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan.
Rasional :Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.
•    Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkan
Rasional :Gerakkan akan memperberat vertigo.
•    Bantu pasien mencari dan menetukan aura (adanya gejala aural) yang mendahului terjadinya setiap serangan
Rasional : Pengenalan aura dapat membantu mengetahui saat perlunya memakai obat sebelum terjadi serangan  sehingga dapat meminimalkan beratnya efek.
•    Anjurkan pasien tetap membuka matanya dan memandang lurus ke depan ketika berbaring dan mengalami vertigo
Rasional : Perasaan vertigo berkurang dan gerakan mengalami deslerasi bila mata tetap di jaga pada posisi yang tetap

3.    Resiko kekurangan cairan b.d mual dan muntah
Tujuan: Kebutuhan cairan tubuh dapat terjaga
Kriteria hasil:
•    Elektrolit tubuh dalam batas normal
•    Mual dan muntah tidak terjadi
•    Sadar dan berorientasi : tanda vital dalam batas normal, turgor kulit noramal, elektrolit normal
•    Membran mukosa lembab
•    Tidak tampak lemas
•    Muntah berhenti dan masukan oral yang biasa telah dicapai
Intervensi :
•    Kaji atau minta pasien mengkaji masukan dan haluaran (termasuk emesis, tinja cair, urin dan diaforesis). Pantau hasil lab
Rasional: Pencatatan yang akurat merupakan dasar untuk penggantian cairan.
•    Kaji indikator dehidrasi, termasuk tekanan darah (ortostatik), denyut nadi, turgor kulit, membran mukosa, dan tingkat kesadaran.
Rasional: pengenalan segera adanya dehidrasi memungkinkan intervensi segera
•    Dorong konsumsi cairan oral sesuai toleransi, hindari minuman yang mengandung kafein(stimulasi vestibular)
Rasional : penggantian cairan oral harus di mulai sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan. Kafein dapat meningkatkan diare.
•    Kolaborasi pemberian obat : Antiemetik, seperti supositoria prometazin (phenergan), Antidiare
Rasional : Mengurangi mual dan muntah, mengurangi kehilangan cairan dan memperbiki masukan per oral, menurunkan motilitas usus dan kehilangan cairan.

4.    Ansietas berhubungan dengan ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
Tujuan : Mengurangi atau tidak mengalami ansietas.
Kriteria Hasil :
•    Ketakutan dan ansietas tentang serangan vertigo berkurang atau hilang
•    Mencapai pengetahuan dan keterampilan untuk berkompromi dengan vertigo
•    Merasakan berkurangnya ketegangan, ansietas dan ketidakpastian
•    Klien mampu memanfaatkan teknik manajemen stres bila diperlukan
•    Klien mampu menghindari peristiwa yang menjengkelkan.
•    Klien mampu mengulangi instruksi yang diberikan dan menyebutkan pemahaman mengenai penanganan.
Intervensi   :
•    Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
•    Beri informasi mengenai vertigo dan penanganannya.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas
•    Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
Rasional :Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
•    Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perluh.
Rasional : Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo.
•    Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress
Rasional : situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.
•    Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan
Rasional : pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.

5.    Diagnosa : Resiko terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan.
Tujuan : Mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rumah dan dengan menggunakan alat rehabilitatif bila perlu.
Kriteria Hasil :
•    Klien mampu beradaptasi dengan lingkungan rumah atau menggunakan alat rehabilitasi untuk mengurangi risiko jatuh
•    Klien mampu melakukan ambulasi dengan bantuan seperlunya.
•    Telah teridentifikasi risiko visual dan proprioseptif
•    Tingkat aktivitas telah meningkat
•    Lingkungan rumah terbebas dari bahaya.
Intervensi :
•    Lakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan /atau vertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidak mampuan melakukan romberg tandem.
Rasional : Kelainan vestibuler perifer menyebabkan gejala dan tanda ini.
•    Bantu ambulasi bila ada indikasi
Rasional : Cara jalan yang abnormal yang dapat membuat pasien tidak bisa tegak dan jatuh
•    Lakukan pengkajian ketajaman penglihatan dan defisit proprioseptif
Rasional : keseimbangan tergantung pada sistem visual, vestibuler dan propriosep
•    Dorong peningkatan tingkat aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantu
Rasional : peningkatan aktivitas dapat membantu mencapai kembali sistem keseimbangan.
•    Bantu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah
Rasional : Adaptasi terhadap lingkungan rumah dapat menurunkan resiko jatuh selama proses rehabilitasi.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil intervensi Rasional
1. Gangguan pola tidur b.d gangguan pendengaran Tujuan:
Gangguan pola tidur dapat teratasi

Kriteria Hasil :
Klien tidak terbangun di malam hari Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
• Kaji tingkat kesulitan tidur
• Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut
• Arahkan dengan melakukan relaksasi, contoh: mendengarkan musik
 • Kolaborasi dalam pemberian obat untuk vertigo :Antihistamin, seperti meklizin, Tranquilizer, seperti diazepam
 • Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur
• Membantu menentukan pengobatan atau intervensi selanjutnya
 • perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.
 • Tehnik relaksasi dapat membantu mengalihkan perhatian terhadap tinnitus
• Menekan sistem vestibular, digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo
 • membantu memenuhi kebutuhan istirahan
2. Resiko tinggi cedera b/d perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo. Tujuan :
Tetap bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan/jatuh.

Kriteria Hasil :
Tidak mengalami jatuh akibat gagguan keseimbanga
Ketakutan dan ansietas berkurang
Melakukan latihan sesuai ketentuan
Mengenali sifat rasa penuh atau rasa tekanan di dalam telinga yang terjadi sebelum serangan
Segera melakukan posisi horizontal saat pusing
Menjaga kepala tetap diam saat pusing
Menggunakn obat yang diresepkan secara baik
Melaporkan upaya yang dapat mengurangi vertigo
•    Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.

•    Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.

•    Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan

•    Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo dan atau obat penenang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.

•    Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan.

•    Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkan

•    Kaji atau minta pasien mengkaji masukan dan haluaran (termasuk emesis, tinja cair, urin dan diaforesis). Pantau hasil lab

•    Bantu pasien mencari dan menetukan aura (adanya gejala aural) yang mendahului terjadinya setiap serangan

•    Anjurkan pasien tetap membuka matanya dan memandang lurus ke depan ketika berbaring dan mengalami vertigo
•    Riwayat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.

•    Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.

•    Latihan mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan
cara jalan.

•    Menghilangkan gejala akut vertigo.

•    Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.

•    Gerakkan akan memperberat vertigo.

•    Pencatatan yang akurat merupakan dasar untuk penggantian cairan.

•    Pengenalan aura dapat membantu mengetahui saat perlunya memakai obat sebelum terjadi serangan  sehingga dapat meminimalkan beratnya efek.

•    Perasaan vertigo berkurang dan gerakan mengalami deslerasi bila mata tetap di jaga pada posisi yang tetap
3. Resiko kekurangan cairan b.d mual dan muntah Tujuan:
Kebutuhan cairan tubuh dapat terjaga

Kriteria hasil:
Elektrolit tubuh dalam batas normal
Mual dan muntah tidak terjadi
Membran mukosa lembab
Turgor kulit elastis
Tidak tampak lemas
•    Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo dan atau obat penenang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.

•    Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan.

•    Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkan

•    Kaji indikator dehidrasi, termasuk tekanan darah (ortostatik), denyut nadi, turgor kulit, membran mukosa, dan tingkat kesadaran.

•    Dorong konsumsi cairan oral sesuai toleransi, hindari minuman yang mengandung kafein(stimulasi vestibular)

•    Kolaborasi pemberian obat : Antiemetik, seperti supositoria prometazin (phenergan), Antidiare
•    Pencatatan yang akurat merupakan dasar untuk penggantian cairan.

•    Pengenalan aura dapat membantu mengetahui saat perlunya memakai obat sebelum terjadi serangan  sehingga dapat meminimalkan beratnya efek.

•    Perasaan vertigo berkurang dan gerakan mengalami deslerasi bila mata tetap di jaga pada posisi yang tetap

•    Pengenalan segera adanya dehidrasi memungkinkan intervensi segera

•    penggantian cairan oral harus di mulai sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan. Kafein dapat meningkatkan diare.

•    Mengurangi mual dan muntah, mengurangi kehlangan cairan dan memperbiki masukan per oral, menurunkan motilitas usus dan kehilangan cairan
4. Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo. Tujuan :
Mengurangi atau tidak mengalami ansietas.

Kriteria Hasil :
Ketakutan dan ansietas tentang serangan vertigo berkurang atau hilang
Merasakan berkurangnya ketegangan, ansietas dan ketidakpastian
Klien mampu memanfaatkan teknik manajemen stres bila diperlukan
Klien mampu menghindari peristiwa yang menjengkelkan.
Klien mampu mengulangi instruksi yang diberikan dan menyebutkan pemahaman mengenai penanganan.
•    Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.

•    Beri informasi mengenai vertigo dan penanganannya.

•    Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.

•    Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perluh.

•    Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress

•    Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan
•    Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.

•    Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas

•    Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.

•    Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo

•    situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.

•    pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas
5. Resiko terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan Tujuan :
Mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rimah dan dengan menggunakan alat rehabilitatif bila perlu


Kriteria Hasil :
Klien mampu beradaptasi dengan lingkungan rumah atau menggunakan alat rehabilitasi untuk mengurangi risiko jatuh
Klien mampu melakukan ambulasi dengan bantuan seperlunya.
Telah teridentifikasi risiko visual dan proprioseptif
Tingkat aktivitas telah meningkat
Lingkungan rumah terbebas dari bahaya.
•    Lakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan /atau fertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidak mampuan melakukan romberg tandem.

•    Bantu ambulasi bila ada indikasi

•    Lakukan pengkajian ketajaman penglihatan dan defisit proprioseptif

•    Dorong peningkatan tingkat aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantu

•    Bantu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah
•    Kelainan vestibuler perifer menyebabkan gejala dan tanda ini.

•    Cara jalan yang abnormal yang dapat membuat pasien tidak bisa tegak dan jatuh

•    keseimbangan tergantung pada sistem visual, vestibuler dan propriosep

•    peningkatan aktivitas dapat membantu mencapai kembali sistem keseimbangan

•    Adaptasi terhadap lingkungan rumah dapat menurunkan resiko jatuh selama proses rehabilitasi.
 

Blog Kesehatan - S1 Keperawatan Copyright © 2012 Flower Garden is Designed by www.upik.tk Flower Image by heldaupik.blogspot.com